Tuturpedia.com – Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 kembali digelar di awal tahun ini di Gedung Merdeka, Bandung.
Pemilihan tempat gelaran acara tahunan Kemlu RI ini juga untuk kembali mengingat acara diplomasi terbesar 60 tahun lalu, yaitu Konferensi Asia-Afrika.
PPTM 2024 yang menjadi pertanggungjawaban publik dari pelaksanaan diplomasi Indonesia menjadi PPTM terakhir di bawah Pemerintahan Jokowi yang sudah berjalan selama 9 tahun.
Dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri, Senin (8/1) PPTM merupakan momentum penting di setiap awal tahun saat Menteri Luar Negeri menyampaikan pidato capaian diplomasi Indonesia satu tahun ke belakang sekaligus prioritas kebijakan luar negeri Indonesia satu tahun mendatang.
Pada pernyataan pers tahunan ini, Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri memaparkan tiga pertanyaan besar masyarakat seputar arah politik luar negeri Indonesia.
Ketiga pertanyaan tersebut adalah polugri Indonesia menjadi inward looking, relevansi Indonesia terhadap multirateralisme, dan peran Indonesia di dunia Internasional.
Penguatan diplomasi Indonesia di kancah dunia memiliki tujuan, salah satunya adalah penguatan diplomasi ekonomi.
Dikutip pada akun X @Kemlu_RI, pada 2019-2023, Kemlu RI menjumpai tantangan saat menjalankan diplomasi ekonomi di tengah ekonomi global yang rapuh akibat krisis ekonomi, pandemi, maraknya proteksionisme dan pendekatan me-first policy serta konstelasi geopolitik yang semakin kompleks.
Namun, berita baiknya perdagangan dan investasi menguat pada 2023 kemarin. Untuk sektor perdagangan, sebelumnya di 2014 angka perdagangan Indonesia dengan dunia lebih dari USD 355 miliar.
Angka ini meningkat pada 2023, karena volume perdagangan Januari-November tercatat lebih dari USD 439 miliar, naik hampir 24% dan mengalami surplus lebih dari USD 33 miliar.
Sementara itu, di sektor investasi, pada 2014 realisasi investasi asing sebesar USD 28,5. Angka tersebut juga meningkat pada 2023 periode Januari sampai September 2023, nilai investasi masuk sudah mencapai angka lebih dari USD 37 miliar, lebih dari 32%.miliar.
Di balik hambatan dan peningkatan yang ada, Kemlu meningkatkan akses pasar melalui perjanjian untuk mengurangi hambatan tersebut.
Ada sebanyak 27 perjanjian perdagangan dan ekonomi yang telah berhasil diselesaikan baik dalam bentuk PTA, FTA, CEPA maupun RCEP, termasuk dengan Korea, Australia, Mozambik, PEA dan Chile.
Diplomasi ekonomi juga diperkuat di forum PBB, G20 dan ASEAN yang melibatkan BUMN dan sektor swasta.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda
