tuturpedia.com — Apa jadinya jika sebuah poster film tak hanya jadi pajangan visual, tapi menjelma sebagai cermin getir kehidupan keluarga masa kini? Lewat peluncuran batch kedua poster karakter, film Tinggal Meninggal membuktikan bahwa gaya, makna, dan ironi bisa bersatu dalam bingkai yang tampak sederhana: potret “Keluarga Gema”.
Setelah sebelumnya memperkenalkan karakter-karakter utama di sekitar Gema, kini Tinggal Meninggal menyibak lebih dalam ke lingkaran darahnya sendiri. Papa Gema, Mama Gema, Gema Kecil, dan Gema Dewasa dihadirkan bukan sebagai keluarga ideal ala studio foto tahun 2000-an, tapi sebagai representasi jujur, absurd, dan kadang menyakitkan dari banyak keluarga yang kita kenal—atau justru milik kita sendiri.
Poster ini tidak tampil dengan formula lawas potret kebersamaan penuh senyum. Justru sebaliknya, Keluarga Gema tampil dengan pendekatan visual yang unik, absurd, dan satir. Setiap sosok dalam poster menjelaskan bagaimana masing-masing karakter ingin dilihat oleh dunia—dan pada saat yang sama, menyimpan luka yang tak pernah benar-benar diucapkan.
Papa Gema (diperankan Gilbert Pattiruhu) digambarkan sebagai bos investasi bodong yang sukses dan meyakinkan. Gaya rapi dan citra penuh wibawa. Namun, keberadaannya justru paling dipertanyakan, “Kapan Papa bisa main bareng Gema?” Siapa sebenarnya Papa ini? Sosok yang dikagumi atau justru dihindari?
Mama Gema (Nirina Zubir), seorang ibu-ibu sibuk yang nyaris tak pernah hadir secara emosional. Ia fokus pada bisnis makanan online, multitasking setiap waktu, hingga lupa menjadi “rumah” bagi anaknya. Di balik ambisi, ada jarak yang tumbuh diam-diam antara ia dan keluarganya.
Gema Kecil (Jared Ali) hadir sebagai anak yang blak-blakan, suka ceplas-ceplos, dan menyukai karakter Ninja Cat. Tapi jauh di balik mulut cerewetnya, ia hanya seorang anak yang merindukan kehadiran orang tuanya. Ia “rame” bukan karena bahagia, tapi karena sepi.
Dan Gema Dewasa (Omara Esteghlal) muncul lewat tatapan kosong, buku catatan, dan senyum canggung yang menyimpan banyak tanya. Ia melontarkan kalimat menyayat, “Siapa lagi yang harus meninggal agar aku punya teman?” —sebuah pukulan emosional yang merangkum konflik batin yang lebih luas: kehilangan, kesepian, dan pencarian makna kehadiran dalam relasi yang telah lama renggang.
Lewat visual absurd yang memikat, Tinggal Meninggal mengajak publik menyelami realita keluarga yang sering disamarkan oleh tradisi dan tuntutan sosial. Imajinari, rumah produksi di balik film ini, menyatakan bahwa proyek ini bukan sekadar drama komedi biasa. Ia adalah refleksi tentang inner child, luka pengabaian, dan kehidupan sosial yang terlalu getir untuk ditertawakan secara gamblang.
“Poster karakter ini mengajak publik untuk menengok ke dalam dan bertanya: Apakah aku kenal keluarga ini? Apakah ini… keluargaku?” ungkap perwakilan Imajinari dalam rilisnya.
Film ini juga diperkuat oleh kehadiran TingNing Comedy Show, sebuah comedy show yang menjadi bagian dari rangkaian promosi Tinggal Meninggal. Dimulai sejak 25 Juni 2025, pertunjukan ini bukan sekadar stand-up comedy, tetapi juga menampilkan berbagai elemen pertunjukan kreatif yang menyatu dengan pesan besar film ini.
Disutradarai oleh Jahil Kris Immanuel dan diproduseri oleh Dipa Andika serta Ernest Prakasa, Tinggal Meninggal dijadwalkan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai 14 Agustus 2025. Imajinari memastikan bahwa film ini akan menyuguhkan pengalaman menonton yang bukan hanya menghibur, tapi juga menggugah: mengajak kita tertawa sambil menahan air mata.
Ikuti terus kabar terbaru dari Tinggal Meninggal di Instagram resmi mereka, @tingning.official, dan siapkan diri untuk melihat keluarga dari sisi yang belum pernah kamu bayangkan sebelumnya.