Tutupedia.com – Jepang mengalami tingkat kelahiran yang terus menurun dan beresiko pada penurunan populasi dan kelangsungan negara.
Dikutip dari laman Japan Times pada Senin (28/8/2023), populasi Jepang menyusut 556.000 pada tahun 2022 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka penurunan ini merupakan yang terbesar dalam catatan negeri sakura tersebut.
Populasi yang menyusut di Jepang juga diikuti dengan jumlah bayi baru lahir yang turun hingga 5% menjadi 77.747 bayi di tahun 2022. Selain itu, Kementerian Kesehatan Jepang juga mencatat lonjakan kematian di Jepang yang mencapai 9% menjadi 1,57 juta.
Untuk menanggulangi masalah ini, Perdana Menteri Fumio Kishia menerapkan kebijakan yang disebut sebagai kesempatan terakhir Jepang. Kebijakan ini dibuat untuk membalikkan penurunan kelahiran yang diperkirakan akan terus turun di tahun 2030.
Pemerintah Jepang menggelontorkan dana sebesar 3,5 triliun yen selama 3 tahun kedepan untuk paket perawatan anak. Paket tersebut mencakup tunjangan kelahiran anak dan subsidi biaya pendidikan anak.
Dikutip dari laman APNews, para ahli mengatakan jika kebijakan yang diusulkan tersebut tidak mengatasi masalah mendasar dari penelusuran populasi. Ini dikarenakan masih banyak anak muda Jepang yang menolak untuk menikah atau memiliki keluarga.
Penyebab Menurunnya Populasi Jepang
Turunnya angka kelahiran sangat berpengaruh pada populasi Jepang saat ini. Ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa orang-orang di Jepang terkesan enggan memiliki anak ataupun berkeluarga.
Dikutip dari laman The Geopolitica dan APNews, Jepang menjadi salah satu tempat termahal di dunia untuk membesarkan anak. Mulai dari harga rumah yang sangat tinggi, biaya hidup, hingga kurangnya layanan penitipan anak di kota membuat banyak orang berpikir dua kali untuk memiliki anak.
Turunnya angka kelahiran di Jepang disebabkan oleh meningkatnya biaya hidup, bertambahnya jumlah perempuan dalam angkatan kerja, dan semakin mudahnya akses kontrasepsi yang mendorong perempuan untuk memiliki anak yang sedikit.
Selain dari segi ekonomi, alasan lainnya juga berasal dari segi sosial budaya. Di Jepang masih minim toleransi publik terhadap anak kecil. Beberapa orang Jepang juga melihat anak-anak adalah beban.
Selain itu, penurunan nilai budaya pada masyarakat Jepang juga mulai menurun. Hal ini terlihat dari bagaimana masyarakat semakin ingin mandiri dan hidup individualis. Mereka mengesampingkan hidup berkeluarga, menikah, dan memiliki anak yang sebenarnya sangat penting bagi masyarakat tradisional Jepang.
Dampak Penurunan Populasi di Jepang
Penurunan angka kelahiran dan populasi di Jepang memiliki konsekuensi yang cukup signifikan bagi negara, salah satunya adalah semakin banyak populasi lansia.
Hal ini akan memberikan tekanan tersendiri pada sistem perawatan kesehatan, seperti sistem jaminan sosial dan juga ekonomi.
Jepang yang kini memiliki populasi orang tua yang cukup banyak tentu akan berpengaruh pada penurunan angkatan kerja. Keuangan negara juga akan terkuras oleh lonjakan biaya perawatan lansia dan minimnya jumlah pembayar pajak.
Tentu kondisi ini sangat sulit bagi Jepang untuk mempertahankan peringkat sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Jika kondisi penurunan populasi ini terus berlanjut, sangat mungkin jika Jepang akan melepaskan statusnya sebagai negara maju dan kembali menjadi negara kecil di Asia Timur.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda











