Semarang, Tuturpedia.com – Secara global, hingga hari ini masih banyak dijumpai stigma negatif dan diskriminasi bagi penderita HIV/AIDS. Oleh karena itu, Puskesmas Poncol Kota Semarang mengadakan Fun Run 5K For Charity pada (3/12/2023).
Gelaran Fun Run 5K For Charity dilakukan dalam upaya mengurangi dampak tersebut, yang mana Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Poncol Kota Semarang bekerja sama dengan Tuturpedia.com untuk memperingati Hari HIV/AIDS sedunia.
Dibentuknya Hari HIV/AIDS sedunia pada tanggal 1 Desember, merupakan ditetapkannya pasien pertama di Indonesia yang terjangkit HIV.
Kepala Puskesmas Poncol, Gigi Susanti mengatakan, kegiatan Fun Run 5K For Charity bertujuan agar tidak menimbulkan stigma di masyarakat atau sosial, bahwa HIV itu ada, juga mendorong masyarakat agar melakukan pemeriksaan sejak dini, status kesehatannya ataupun status HIV-nya.
“Tahun ini teman-teman dari komunitas dan masyarakat ingin diadakan fun run, maka kami fasilitasi. Dari kegiatan ini, paling tidak masyarakat bisa mengenal bahwa HIV ada di sekitar kita, kita bisa mencegah dan bisa membantu teman-teman yang positif, juga melakukan pola hidup yang baik untuk mencegah HIV ini,” ujar Gigi di Marina Convention Center (MCC) Semarang.
Dirinya mengatakan, masyarakat sangat antusias dengan adanya kegiatan semacam ini, ia berharap nantinya kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan atau berkelanjutan.
“Peserta yang mendaftar ada 430 pelari, melihat ini kegiatan yang bagus dan positif, ini akan menjadi agenda tahunan,” katanya.
Di kesempatan yang sama, Hari, anggota dari Yayasan Sehat Peduli Kasih (PEKA) menyampaikan, kegiatan seperti ini dapat menekan stigma dan diskriminasi di masyarakat.
“Kegiatan semacam ini sangat bermanfaat, apalagi dikemas dengan acara olahraga, ini sebuah hal yang bisa dipadukan dengan baik, dengan adanya kegiatan semacam ini saya turut bahagia, diharapkan dari pertemuan seperti ini mampu untuk menekan stigma dan diskriminasi di masyarakat, karena anggapan di masyarakat masih menganggap HIV itu penularannya gampang,” ucapnya sebagai penyandang HIV.
Menurutnya, penyebaran HIV itu tidak semudah berjabat tangan, penularan HIV bisa terjadi melalui aktivitas berisiko, seperti darah, sperma laki-laki, dan air susu ibu.
“Salaman aja nularin, padahal kan enggak, penularan HIV itu melalui aktivitas yang berisiko, yang ada menggunakan beberapa cairan saja, seperti darah, cairan kelamin laki-laki maupun perempuan, juga air susu ibu,” lanjutnya.
Heri menyampaikan, jangan takut untuk melakukan pemeriksaan sejak dini.
“Bahkan teman-teman ODHIV juga ikut lari sampai 5 kilo sehat-sehat aja. Yang belum melakukan pemeriksaan, lebih baik segera saja, jika sudah diketahui positif, tetap bisa sehat dan ada obatnya juga yang bisa diminum setiap hari,” imbuhnya.
Di sisi lain, Ketua Tim HIV RS Kariadi, dr. Muklis menyampaikan, di RS Kariadi melayani pengambilan obat untuk penderita HIV hingga 750 pasien.
“Sebenarnya kalau positif langsung diobati tidak menjadi AIDS, sering pasien tidak merasa terkena virus, sehingga empat, lima tahun baru muncul AIDS, TBC paru, batuk, keringat dingin, berat badan turun, dan masih ada yang lain,” tambahnya.***
Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko
Editor: Annisaa Rahmah
