Tuturpedia.com – Pada kelanjutan Liga Inggris 2023/24, harapan Tottenham untuk kembali ke puncak klasemen dan mempertahankan torehan hasil tak terkalahkan harus pupus.
Dalam derby London yang berlangsung Senin (6/11) malam waktu setempat, Tottenham harus menelan kekalahan pertama dari rival sekota, Chelsea, dengan skor akhir 4-1 untuk kemenangan The Blues.
Tak hanya itu, skuad Lilywhites yang bertindak sebagai tuan rumah pada malam tersebut harus bermain dengan 9 pemain hingga akhir pertandingan, serta rentetan cedera pemain.
Tottenham sebenarnya sempat unggul pada awal babak pertama berkat gol Dejan Kulusevski.
Beberapa menit setelahnya, anak buah Ange Postecoglou nyaris menambah keunggulan andai saja VAR tidak menganulir gol sang kapten, Son Heung-min, karena offside.
Memasuki pertengahan babak pertama, gantian tim tamu yang berkesempatan mencetak gol untuk menyamakan kedudukan dari kaki Raheem Sterling.
Meski demikian, lagi-lagi VAR menganulir gol karena Sterling dinilai sempat menyentuh bola, alias handball.
Memasuki menit ke-30, pertandingan semakin memanas. Terlebih setelah Cristian Romero mendapatkan “hadiah” kartu merah kala menghadang Enzo Fernandez.
Lagi-lagi, keputusan tersebut dibuat setelah pengecekan VAR dilakukan. Bahkan, pengecekan VAR kali ini membutuhkan waktu lebih panjang.
Dari pengecekan tersebut, wasit menilai bahwa terdapat kontrak fisik di antara kedua pemain yang mengenai betis Fernandez.
Chelsea pun mendapatkan peluang penalti, yang dieksekusi Cole Palmer dengan apik. The Blues pun berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 kala gol Palmer menjebol gawang Vicario.
Paruh pertama pertandingan pun berakhir dengan skor 1-1 setelah extra time sepanjang 13 menit, sementara Tottenham harus kehilangan Micky van de Ven dan James Maddison karena cedera.
Memasuki babak kedua, anak buah Pochettino terlihat mendominasi serangan, meskipun beberapa upaya Sterling masih berhasil dimentahkan kubu tuan rumah.
Nasib baik seolah sedang berada di pihak Chelsea, terutama setelah Tottenham kembali harus kehilangan pemainnya.
Pasalnya, Destiny Udogie harus menerima kartu kuning kedua setelah dinilai melakukan pelanggaran saat sedang mengawal Sterling.
Dengan diusirnya Udogie dari lapangan pada menit ke-55, Tottenham hanya memiliki opsi bertahan karena hanya memiliki 9 pemain tersisa di lapangan.
Keunggulan jumlah pemain yang signifikan langsung dimanfaatkan habis-habisan oleh Pochinetti dan anak buahnya.
Hanya saja, serangan The Blues baru berbuah manis sekitar 20 menit kemudian, tepatnya di menit 75 lewat gol Nicolas Jackson.
Jelang gol tersebut, Jackson dan Sterling sama-sama dalam posisi menguntungkan di depan gawang Tottenham.
Setelah assist cepat Sterling diterima Jackson, pemain berusia 22 tahun tersebut langsung melepaskan tembakan ke pojok kiri bawah gawang yang gagal diblokir Vicario.
Hanya berselang beberapa menit kemudian, Tottenham nyaris menyamakan kedudukan lewat gol Eric Dier. Meski begitu, gol tersebut dianulir karena offside.
Keunggulan 2-1 bertahan hingga menit ke-90, yang berlanjut hingga extra time.
Sepanjang extra time yang berlangsung selama 10 menit tersebut, Jackson kembali mencetak dua gol tambahan. Artinya, penyerang Senegal tersebut menorehkan hattrick pertamanya bagi The Blues.
Pochettino mengungkapkan perasaannya saat bereuni dengan Tottenham setelah dipecat empat tahun lalu dalam wawancara pasca pertandingan.
“Saya merasa jauh lebih baik, setelah empat tahun kembali dan penyapa semua orang, ini adalah hadiah bagi kami. (Pertandingan yang) sangat emosional namun pada saat yang bersamaan, (penuh) kenangan,” ungkap pelatih asal Argentina tersebut, dilansir Tuturpedia.com dari ESPN.
“Pertandingannya penuh antusiasme, kompetitif, jujur kami butuh tiga poin, dan ini hari yang luar biasa bagi kami,” lanjutnya.
Sementara itu, Ange Postecoglou menyuarakan kekecewaannya terkait dengan VAR setelah timnya menelan kekalahan besar dari sang rival sekota.
Terutama karena durasi pengecekan VAR yang dinilainya terlalu lama. Melansir dari The Guardian, pelatih Tottenham tersebut mengeluhkan bagaimana teknologi membuat pertandingan jadi terlalu lambat.
“Saya tidak menyukainya. Beginilah pertandingan berlangsung. Beberapa (pelanggaran) terjadi karena diri sendiri karena jika setiap minggu kita mengeluh tentang keputusan, inilah yang akan terjadi. Setiap keputusan dicek secara forensik dan kita akan menunggu lama di setiap pertandingan untuk mencari tahu apa sedang terjadi,” jelas pelatih asal Argentina tersebut.
Penulis: K Safira
Editor: Nurul Huda
