banner 728x250

Pengamat: Sulsel Langganan Bencana Ekologi, Tata Ruang Harus Dirombak Ulang

TUTURPEDIA - Pengamat: Sulsel Langganan Bencana Ekologi, Tata Ruang Harus Dirombak Ulang
Bencana Ekologis dinilai langganan setiap tahun di Sulsel. Foto: Laman BNPB.
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Pada Jumat (3/5/24) dini hari, Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan diterjang banjir dan tanah longsor. 

Menurut seorang Pengamat Masalah Lingkungan, Mustam Arif, bencana banjir dan longsor di Sulsel terjadi setiap tahun. 

Selain dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi, bencana ekologis ini juga diperparah dengan adanya kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim.

Sejumlah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan telah dipetakan oleh BPBD sebagai daerah rawan bencana, terutama banjir dan longsor.

Selain melakukan penanggulangan bencana dengan cara tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery), Mustam juga mengatakan perlu adanya revisi tata ruang sebagai upaya memulihkan daya dukung lingkungan yang berimbang melihat ada banyaknya Izin Usaha Pertambangan (IUP).

“Butuh kerelaan merombak tata ruang dan menata kembali izin-izin industri, perkebunan/pertanian, real estate, terutama izin industri ekstraktif yang berbasis lahan,” ujar Mustam.

Dampak Banjir dan Longsor Luwu

Bahtiar Baharuddin, selaku Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) menuturkan ada sebanyak lima kabupaten yang mengalami bencana alam ekologis tersebut, yaitu Luwu, Enrekang, Sidrap, Wajo, dan Sinjay.

Per Sabtu (4/5/24) menurut data Kantor Gubernur Sulsel, ada sebanyak 3.000 warga di Kecamatan Latimojong terisolasi dan menunggu bantuan yang diharapkan dapat tiba melalui jalur udara. 

Selain itu, menurut data Pusdalops BNPB ada sebanyak 14 orang warga yang dilaporkan meninggal dunia dalam bencana banjir yang mencapai ketinggian tiga meter tersebut. 

Masing-masing korban berasal dari 13 kecamatan yang dilanda banjir disertai tanah longsor antara lain; Kecamatan Suli, Latimojong, Suli Barat, Ponrang Selatan, Ponrang, Bupon, Larompong, Larompong Selatan, Bajo, Bajo Barat, Kamanre, Belopa dan Kecamatan Belopa Utara.

Sementara itu, hingga Sabtu pagi, tercatat terjadi kerusakan di 1.867 unit rumah. Kerusakan tersebut mencakup sebanyak 103 unit rumah di antaranya mengalami rusak berat dan 42 unit rumah hanyut. 

Selain itu, lahan persawahan-perkebunan warga, empat titik ruas jalan, 1 unit jembatan, termasuk merusak 14 unit kendaraan sepeda motor dan mobil terendam banjir dengan ketinggian muka air 1-3 meter.

Menurut data terakhir yang diberikan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB pada Sabtu, 4 Mei 2024, pukul 06.00 waktu setempat, tercatat sudah ada sebanyak 1.385 KK terdampak dan 115 jiwa mengungsi di beberapa masjid dan rumah keluarganya.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda