Tuturpedia.com – Vaksin Covid yang berkepanjangan akibat infeksi virus corona dikaitkan dengan sedikit peningkatan pada kondisi terkait neurologis, darah, dan jantung dalam studi keamanan vaksin global terbesar hingga saat ini.
Lebih dari 13,5 miliar dosis vaksin Covid telah diberikan secara global selama tiga tahun terakhir.
Namun, sebagian kecil orang yang diberikan vaksin mengalami cedera akibat suntikan tersebut, sehingga memicu perdebatan mengenai manfaat dan bahayanya.
Dikutip dari laman Fortune, Rabu (21/2/24) pada minggu lalu, penelitian baru yang dilakukan oleh Global Vaccine Data Network ini diterbitkan dalam sebuah jurnal Vaccine.
Data dari jurnal tersebut juga tersedia melalui dasbor interaktif untuk menunjukkan metodologi dan temuan spesifik.
Para peneliti menganalisis 99 juta orang yang menerima suntikan di delapan negara dan memantau peningkatan di 13 kondisi medis dengan tujuan untuk mengidentifikasi kasus yang lebih tinggi dari perkiraan setelah suntikan Covid.
Pada penelitian tersebut menemukan bahwa ada kasus miokarditis yang jarang terjadi atau peradangan otot jantung yang ditemukan pada dosis pertama, kedua dan ketiga vaksin mRNA Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Selain itu, ditemukan kondisi jantung lainnya, seperti perikarditis yang memiliki peningkatan risiko 6,9 kali lipat pada mereka yang menerima dosis ketiga suntikan vektor virus AstraZeneca.
Sementara itu, suntikan Moderna dosis pertama dan keempat memiliki peningkatan risiko yang sama masing-masing sebesar 1,7 kali lipat dan 2,6 kali lipat.
Peningkatan risiko juga teridentifikasi pada jenis pembekuan darah di otak dari suntikan vektor virus seperti yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan diproduksi oleh AstraZeneca.
Penelitian tersebut juga mengatakan, orang-orang yang menerima vaksin AstraZeneca ada risiko 2,5 kali lebih besar terkena sindrom Guillain-Barre yang merupakan kelainan neurologis langka yang menyebabkan sistem kekebalan menyerang saraf.
Meskipun begitu, dikutip dari laman New York Post beberapa dokter mengatakan jika efek samping akan lebih parah ketika bersamaan dengan terinfeksi SARS-CoV-2 (COVID-19).
“Peluang terjadinya semua efek samping ini masih jauh lebih tinggi ketika terinfeksi SARS-CoV-2 (Covid-19), sehingga vaksinasi masih merupakan pilihan yang lebih aman,” Jacob Glanville, CEO perusahaan bioteknologi Centivax.
“Tetapi risiko ini jarang terjadi dan penelitian lain menunjukkan bahwa vaksin ini menurunkan risiko miokarditis akibat Covid itu sendiri secara dramatis,” kata dr Marc Siegel, profesor kedokteran klinis di NYU Langone Medical Center.
Ia juga menambahkan jika semua vaksin pasti memiliki efek samping berbeda pada setiap tubuh para penerima.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda