Tuturpedia.com – Genomika, bersama dengan Ultrasound Research Institute di Kaunas University of Technology (KTU URI) dan beberapa mitra lainnya, bekerja sama dalam proyek DNA Microfactory for Autonomous Archiving (DINAMIC) untuk membangun drive penyimpanan berbasis DNA.
KTU mengatakan bahwa pembuatan hard drive DNA ini merupakan sebuah solusi penyimpanan data yang andal, berkepadatan tinggi, berkelanjutan, dan ekonomis.
Salah satu pendiri Genomika, Ignas Galminas, mengatakan bahwa penyimpanan DNA tidak hanya akan menyelesaikan masalah ruang tetapi juga mengurangi konsumsi air untuk pendinginan pusat data, mengurangi kebutuhan logam tanah jarang untuk membuat SSD, dan meningkatkan keandalan dan umur panjang pengarsipan data.
Dikutip Tuturpedia dari laman Tomshardware pada Rabu (17/7/2024), seluruh populasi manusia yang ada di dunia secara kolektif menghasilkan sebanyak 120 zettabyte data pada tahun 2023 yaitu sekitar 1.200.000.000 terabyte, atau kira-kira cukup untuk mengisi 150.000.000 SSD NVMe M.2 berkapasitas 8 TB.
Jumlah ini diperkirakan akan meningkat lebih dari 20% setiap tahunnya, terutama karena pemrosesan data AI meningkat secara eksponensial. Dengan jumlah ini, berarti peneliti perlu menemukan cara untuk menyimpan semua data ini dalam jangka panjang tanpa mengubah seluruh dunia menjadi satu pusat data yang besar.
“Masyarakat global yang terdigitalisasi makin banyak data yang dibuat dan digunakan setiap tahun. Pusat penyimpanan data konvensional mengkonsumsi 1,5% listrik dunia dan mengeluarkan 200 juta ton karbon dioksida per tahun,” ungkap Profesor Renaldas Raišutis, selaku Direktur KTU URI.
Kenapa Harus Menggunakan DNA?
DINAMIC beralih ke DNA sebagai bahan penyusun yang berisi instruksi genetik kehidupan, untuk memecahkan masalah penyimpanan data di masa depan.
Proyek ini bertujuan untuk membangun drive penyimpanan yang menggunakan empat nucleobase (sitosin [C], guanin [G], adenin [A], dan timin [T]) untuk menggantikan angka 1 dan 0 yang ditemukan dalam teknologi penyimpanan data saat ini.
“Salah satu fitur menarik dari cache DNA adalah kemampuannya untuk menyimpan informasi dalam jumlah besar dalam ruang yang sangat kecil. Ini jauh lebih kompak daripada media digital tradisional. DNA sangat stabil dan dapat diandalkan untuk penyimpanan informasi jangka panjang,” tambah Profesor Raišutis.
Selain itu, salah satu pendiri Genomika, Dr. Lukas Žemaitis juga menuturkan DNA telah dikembangkan dan disempurnakan selama miliaran tahun untuk menyimpan informasi. Manusia berpotensi memanfaatkan hal ini untuk digunakan sendiri seiring memasuki era informasi.
Nantinya, penyimpanan data DNA kemungkinan besar akan diterapkan pertama kali di sektor layanan kesehatan. Data bisa disimpan dan dapat diakses seumur hidup pasien.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.















