Semarang, Tuturpedia.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) melanjutkan pengembangan pada penanaman padi varietas biosalin di lahan sawah payau.
Sebelumnya telah dilakukan penanaman padi biosalin 1 dan 2 dengan sistem tapin (tanam pindah), kali ini penanaman biosalin menerapkan model tabela (tanam benih langsung).
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu melihat proses penanaman biosalin tersebut dengan model tabela di Kawasan Pesisir Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, pada Jumat (9/8/2024).
“Hari ini kami bersama BRIN dan BRIDA menanam lagi padi biosalin dengan sistem tanam benih langsung (tabela). Ini contohnya padi berumur satu minggu. Nantinya kami akan tunggu lagi agar bisa mendapatkan tanaman biosalin tanpa perlu pindah semai,” ucap Wali Kota Semarang Hevearita atau akrab disapa Mbak Ita.
Mbak Ita mengatakan bahwa sistem tabela mempunyai banyak kelebihan, salah satunya yakni efisiensi waktu dan tenaga pekerja.
“Jadi, yang pertama dulu penanaman dengan semai, baru setelah berumur 20 hari bisa pindah tanam. Tapi untuk yang tabela (tanam benih langsung) itu akan bisa mempersingkat waktu dan efisiensi waktu dan tenaga,” lanjut Mbak Ita.
Dikatakan lebih lanjut bahwa melalui sistem tabela ini, petani tak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk melakukan semai dan pindah tanam seperti biosalin 1 dan 2 yang lalu.
Mbak Ita pun melakukan pemupukan terhadap padi biosalin 1 dan 2 yang telah ditanam melalui sistem tapin.
“Kami juga melakukan pemupukan dengan pupuk khusus untuk lahan salin. Ini merupakan pupuk pertama yang digunakan untuk biosalin 1 maupun 2,” ujarnya.
Dia kemudian berharap pengembangan dan uji coba penanaman padi varietas biosalin di sawah payau ini dapat berhasil.
“Mudah-mudahan nanti 80 hari ke depan sudah menghasilkan atau sudah panen. Hal ini untuk optimalisasi lahan pesisir,” sambungnya.
Terlebih, di Kota Semarang terdapat banyak sawah payau, terutama di wilayah Kecamatan Tugu.
“Tentunya, optimalisasi lahan ini akan bisa memberikan dampak untuk kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di Kecamatan Tugu khususnya,” imbuhnya.
Tak sampai di situ, Mbak Ita juga berencana menerapkan hasil riset padi Biosalin ini di lahan pesisir sejumlah kecamatan di Ibu Kota Jawa Tengah.
“Nanti mungkin bisa bertambah di wilayah Semarang Barat, kan juga ada sawah-sawahnya. Kemudian di Genuk dan Semarang Utara yang ada lahan tidur sawah payau bisa ditanam dengan model Tabela atau Tapin,” terangnya.
Di sisi lain, Tri Martini dari BRIN menuturkan jika ke depannya selain biosalin 1 dan 2 akan diperkenalkan varietas lainnya.
“Untuk varietas, memang saat ini baru diperkenalkan biosalin 1 dan 2, ke depan akan diperkenalkan varietas unggul lain yang berpotensi juga ditanam di lahan terdampak rob di pesisir Semarang, seperti Inpari 79 Unsoed dan Gamagora 7,” kata Tri.***
Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko
Editor: Annisaa Rahmah