banner 728x250

Mbok Yem Tutup Usia, Pemilik Warung di Puncak Gunung Lawu yang Jadi Kenangan Pendaki

Foto warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu yang legendaris
Foto warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu yang legendaris
banner 120x600

tuturpedia.com – Kabar duka datang dari puncak Gunung Lawu, Wakiyem atau yang lebih dikenal dengan Mbok Yem, pemilik warung legendaris di puncak Gunung Lawu, meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025) dalam usia 82 tahun.

Mbok Yem mengembuskan napas terakhir di kediamannya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Kabar kepergian Mbok Yem dibenarkan Kepala Dusun Cemoro Sewu, Agus. “Betul infonya begitu Mbok Yem meninggal dunia. Saya dapat kabar sekitar pukul 15.30 WIB,” ujar Agus saat dikonfirmasi.

Warung Mbok Yem, Tempat Berhenti Para Pendaki di Tengah Dingin Lawu

Warung Mbok Yem yang terletak hanya beberapa meter dari puncak Hargo Dumilah, menjadi tempat yang sangat ikonis bagi para pendaki.
Sejak tahun 1980-an, Mbok Yem setia melayani para pendaki yang kelelahan dan kelaparan setelah perjalanan panjang.

Meskipun warung tersebut sederhana, kehadirannya menjadi oase di tengah beratnya pendakian.
Pendaki sering berhenti di warung itu untuk sekadar makan atau beristirahat sebelum atau setelah mencapai puncak.

Dalam wawancara pada Maret 2025 lalu, Mbok Yem sempat bercerita tentang perjuangannya melayani para pendaki.

“Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar. Kalau capek baru tertidur,” kenangnya.

Mbok Yem Berjualan dengan Hati, Bukan Mengejar Untung

Anak Mbok Yem, Saelan, menjelaskan bahwa sang ibu tetap memilih berjualan di puncak Lawu meskipun kondisi kesehatannya kian menurun.

“Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ungkap Saelan.

Bagi Mbok Yem, keuntungan bukanlah tujuan utama.
Meskipun biaya membawa barang dagangan ke puncak bisa mencapai Rp 500.000 untuk sekali angkut, tekad Mbok Yem tetap melayani para pendaki dengan hati.

Mbok Yem Sempat Sakit dan Dirawat Sebelum Meninggal Dunia

Mbok Yem sempat jatuh sakit pada awal 2025 dan harus dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo karena pneumonia.
Sakit yang dideritanya membuatnya terpaksa turun gunung lebih awal pada bulan puasa kali ini.

Kebiasaan Mbok Yem biasanya turun gunung saat mendekati Lebaran, namun tahun ini ia harus ditandu oleh enam orang karena kesehatannya memburuk.

Meskipun dalam kondisi sakit, Mbok Yem tetap memikirkan kelangsungan warungnya.

“Masih ada Muis sama Jarwo yang ada di warung,” tuturnya dari rumah sakit, menandakan betapa besar kepeduliannya pada para pendaki.

Kenangan Mbok Yem di Hati Para Pendaki

Kisah hidup Mbok Yem telah menjadi bagian dari perjalanan spiritual para pendaki Gunung Lawu.
Salah satu menu yang selalu dirindukan adalah nasi pecel hangat buatan tangannya.

Warung Mbok Yem bukan hanya sekadar tempat makan, melainkan simbol ketulusan, pengabdian, dan keteguhan hati.

Kini, meski sosoknya telah tiada, jejak Mbok Yem akan selalu hidup di setiap langkah pendaki yang menggapai puncak Lawu.

Legenda Gunung Lawu itu telah pergi, namun semangatnya akan tetap menyala di hati banyak orang. (afp)