Indeks
Sports  

Pelan-pelan Saja Pak Pelatih! Postecoglou: Ten Hag adalah Bukti kalau Trofi Saja Nggak Cukup

Ange Postecoglou dan Erik ten Hag. Foto: x.com/centredevils
Ange Postecoglou dan Erik ten Hag. Foto: x.com/centredevils

Tuturpedia.com – Keberhasilan Tottenham menggulung Manchester United 3-0 di Old Trafford, Minggu (29/9/2024) kemarin, tampaknya menjadi testamen bahwa trofi saja tak cukup bagi seorang pelatih untuk mempertahankan posisinya.

Pelatih Tottenham, Ange Postecoglou, pernah mengungkapkan keyakinannya bahwa pekerjaan seorang manajer adalah pekerjaan yang mustahil dan sekarang jadi tambah mustahil.

Menurutnya, Erik ten Hag yang saat ini masih saja menjabat sebagai pelatih United merupakan contoh manajer yang secara umum lebih disukai dan memiliki riwayat memenangkan trofi.

Bukan Trofi, tapi Peningkatan yang Berkelanjutan

Sementara itu, Postecoglou lebih percaya pada peningkatan performa secara berlanjut sebagai landasan untuk keberhasilan klub yang lebih tahan lama, alih-alih perolehan trofi.

“Kalau Erik (ten Hag) belum memenangkan sesuatu, maka orang-orang sudah akan bilang dia harus juara. Ini adalah jebakan yang bisa memangsa Anda, berpikir bahwa dengan menang orang-orang akan mencintai saya dan berpikir saja melakukan pekerjaan yang hebat, Hal itu tidak ada,” tegas Postecoglou.

“Karena itulah saya selalu bilang saya ingin membangun sebuah tim yang punya peluang untuk kesuksesan berkelanjutan. Anda butuh itu,” lanjutnya.

“Kesuksesan tidak dijamin, namun jika Anda membangun sesuatu yang memberi Anda peluang dari tahun ke tahun, maka Anda punya lebih banyak kesempatan untuk menciptakan sebuah periode di mana klub bisa melihat diri mereka sendiri sebagai pesaing (gelar juara),” pelatih asal Australia itu kembali melanjutkan.

Postecoglou: Itulah Bagian dari Pekerjaan Pelatih

Menurut Postecoglou, mewujudkan ending tersebut merupakan bagian dari pekerjaan seorang manajer atau pelatih bola.

“Katanya: pekerjaan yang mustahil, sekarang jadi makin lebih mustahil. Tampaknya keberhasilan tidaklah cukup jika Anda tidak punya identitas, identitas lalu tidak cukup jika tidak diikuti dengan estetika, estetika tidak cukup jika tidak diikuti dengan warisan,” ia menjabarkan.

“Selalu ada lapisan lainnya, seperti tak ada yang melakukan kerja bagus kecuali Anda menenangkan kompetisinya,” imbuhnya.

“Sepertinya ada kurangnya pemahaman soal progres dan keadaan yang perlu dihadapi orang-orang. Namun itulah sifat dari peran (jabatan pelatih) itu. Tak akan berubah,” tandas Postecoglou.***

Penulis: K Safira

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version