banner 728x250
Movie  

PC IMM Blora Gelar Nobar Film Jagal – The Act of Killing, Ingatkan Generasi Muda Tak Lupa dengan Sejarah

PC IMM Kabupaten Blora mengadakan nobar film Jagal - The Act of Killing. Foto: Istimewa
PC IMM Kabupaten Blora mengadakan nobar film Jagal - The Act of Killing. Foto: Istimewa
banner 120x600
banner 468x60

Jateng, Tuturpedia.com – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kabupaten Blora, Jawa Tengah mengajak kaum muda nonton bareng (nobar) film Jagal – The Act of Killing pada Senin (30/9/2024) lalu

Nobar film versi aktivis tersebut diikuti oleh 110 mahasiswa STAI dan STKIP Muhammadiyah setempat berkenaan dengan sejarah kelam Indonesia di bulan September, yakni G30S/PKI.

Film Jagal – The Act of Killing menggambarkan pembunuhan massal yang terjadi di Indonesia tahun 1965-1966, serta penumpasan PKI sebagai pelaku utama dalam aksi massal tersebut.

Ketua Bidang Hikmah PC IMM Blora, Muhammad Haydar Ammar, menyampaikan bahwa tujuan diadakan nobar ini untuk mengingatkan kembali kepada generasi muda jangan sekali-kali melupakan sejarah.

“Jadi kegiatan nobar film G30S/PKI yang digelar tepat tanggal 30 September 2024 ini, agar mahasiswa sebagai generasi muda mengingat sejarah, terutama sejarah kelam. Semoga dengan kegiatan nobar ini menjadi dakwah kita untuk saling mengingatkan satu sama lain, serta keberlanjutan untuk menjadikan PC IMM Blora mengenal sejarah yang ada di Indonesia,” ucapnya, Rabu (2/10/2024).

“Terutama sejarah mengenai aksi G30S/PKI. Dan yang menjadi hal menarik karena merupakan suatu hal kelam yang ada dalam sejarah bangsa Indonesia,” ujarnya.

TUTURPEDIA - PC IMM Blora Gelar Nobar Film Jagal - The Act of Killing, Ingatkan Generasi Muda Tak Lupa dengan Sejarah
Mahasiswa nobar film Jagal – The Act of Killing. Foto: Istimewa

Sementara itu, Ketua Umum PC IMM Blora Nur Laili Khoirun Nisa, menceritakan bahwa film Jagal – The Act of Killing menampilkan sudut pandang yang berbeda mengenai peristiwa G30S/PKI. 

Sudut pandangnya berasal dari beberapa algojo yang melakukan pembantaian pada 1965-1966. Tokoh utama dalam film tersebut mengungkapkan pengakuan dan mempraktikkan bagaimana cara mereka menghabisi orang-orang yang dituduh PKI dalam reka ulang. 

“Dengan kegiatan nobar dan diskusi ini dapat meningkatkan semangat literasi mahasiswa. Karena mahasiswa identik dengan literasi, jangan sampai daya kritis kita mati dan terlalu mengikuti arus-arus yang terlalu mainstream,” tuturnya.

“Bukan hanya melihat sejarah dari salah satu sisi, namun dari berbagai arah sehingga memantik jiwa kritis dari mahasiswa,” tandasnya.***

Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro

Editor: Annisaa Rahmah