Tuturpedia.com – Bursa saham utama di AS, Asia, dan Eropa mulai mengalami penurunan pada hari Jumat (2/8/2024) dan tren ini berlanjut ketika pasar dibuka kembali pada Senin (5/8/2024).
Saham lainnya yang juga turut mengalami penurunan, antara lain Dow Asia, Nikkei 225 Tokyo, STOXX Europe 600, FTSE 100 Inggris dan lainnya di Spanyol, Jerman, dan Italia.
Dikutip dari laman Anadolu Ajansi, Jumat (9/8/2024), kekacauan di bursa saham global diakibatkan oleh meningkatnya kekhawatiran akan resesi ekonomi Amerika dan keterlambatan Federal Reserve AS dalam melakukan penurunan suku bunga.
Meningkatnya kekhawatiran akan resesi di AS telah mencengkeram pasar global, memicu kemerosotan pasar saham yang mendorong investor di Asia, Eropa, dan Amerika Utara untuk melepas posisi mereka.
“Investor bereaksi terhadap berita terkait resesi yang akan terjadi di AS,” ungkap Grzegorz Drozdz, analis pasar di perusahaan jasa keuangan Conotoxia.
Selain itu, investor dinilai sedang kebingungan menyusul laporan pekan lalu yang menunjukkan bahwa AS hanya menambah 114.000 pekerjaan pada bulan Juli, di bawah ekspektasi sekitar 150.000 dan pengangguran telah meningkat menjadi 4,3 persen.
Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan mana pun sejak Oktober 2021 dan menjadi sinyal ahwa perekonomian AS mungkin menunjukkan adanya keretakan.
The Fed Belum Turunkan Suku Bunga
Kondisi yang bergejolak ini muncul setelah Federal Reserve AS (The Fed) memberikan isyarat setelah pertemuannya pada Rabu, 31 Juli 2024 bahwa suku bunga akan segera diturunkan. Namun, anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) telah berulang kali mengatakan bahwa mereka membutuhkan keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan turun menuju target 2%.
Meskipun minggu lalu The Fed memberikan lagi sinyal bahwa penurunan suku bunga pertama akan dilakukan pada bulan September, investor khawatir bahwa bank sentral sudah terlambat untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya.
FOMC diketahui belum membuat keputusan hingga saat ini dan diperkirakan akan mengambil keputusan berdasarkan totalitas data pada bulan September 2024 mendatang.
Martin Wurm, selaku direktur Moody’s Analytics mengatakan jika inflasi berlanjut di bulan September, The Fed kemungkinan besar akan menunda penurunan suku bunga kembali.
“Jika inflasi kembali meningkat pada saat ini, yang kami anggap tidak mungkin terjadi, The Fed mungkin akan menundanya lebih lanjut,” jelasnya.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah