Tuturpedia.com – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahawa Israel akan tetap lakukan serangan meski gencatan senjata berlangsung.
Hal ini ia tegaskan meskipun Amerika Serikat sebelumnya mengeklaim bahwa proposal Israel akan menjadi jalan untuk mengakhiri serangan tersebut.
Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan proposal gencatan senjata, yang akan mengakibatkan jeda pertempuran selama enam minggu serta pembebasan beberapa tawanan Israel di Gaza dan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Gencatan senjata sementaka ini juga memungkinkan negosiasi untuk gencatan senjata permanen.
Namun, Netanyahu mengatakan jika gencatan senjata yang ia maksud dilakukan untuk memfasilitasi pemulangan sejumlah tawanan yang masih ditahan di Gaza, meskipun tidak semuanya.
“Tujuannya adalah untuk mengembalikan mereka yang diculik dan menggulingkan rezim Hamas di Gaza,” katanya.
Selain itu, dikutip Tuturpedia dari laman Al Jazeera, Senin (24/6/2024), Netanyahu juga mengatakan jika Israel ingin mengambil alih pemerintahan sipil di Palestina agar bisa mengatur distribusi bantuan kemanusiaan.
Hingga saat ini, lebih dari 37.500 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, hampir 86.000 lainnya terluka.
Sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat invasi Israel yang bertubi-tubi. Bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan juga masih terus dijegal oleh militer Israel di pintu masuk Gaza.
Netanyahu Berada dalam Tekanan
Netanyahu diketahui tengah berada tekanan di negaranya sendiri. Hal ini terjadi karena puluhan ribu warga Israel secara konsisten berunjuk rasa menentang Netanyahu dan pemerintahannya. Mereka menuntut pemilu dini dan kesepakatan untuk memulangkan para tawanan.
Bukan hanya itu, lebih dari setengah juta warga Israel meninggalkan negaranya dan tidak kembali selama enam bulan pertama selama invasi berlangsung.
Data Otoritas Israel menunjukkan bahwa jumlah warga Israel yang meninggalkan negaranya tahun ini lebih banyak dibandingkan mereka yang kembali pada Paskah tahun ini pada bulan April.
Disinyalir pelarian sementara bagi warga Israel selama invasi menjadi tren permanen atau migrasi permanen di Israel.
Jutaan orang Israel saat ini memiliki kewarganegaraan ganda. Mereka memiliki setidaknya satu kewarganegaraan lain selain kewarganegaraan Israel.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.