Indeks
Budaya  

Napak Tilas Makam Sunan Pandanaran, Iswar Ceritakan Berdirinya Kota Semarang

Calon Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin napak tilas Sunan Pandanaran didampingi jemaah pencinta Ki Ageng Pandanaran. Foto: Dok. Jaguar
Calon Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin napak tilas Sunan Pandanaran didampingi jemaah pencinta Ki Ageng Pandanaran. Foto: Dok. Jaguar

Semarang, Tuturpedia.com – Jemaah pencinta Ki Ageng Pandanaran sambut kehadiran calon Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin saat berziarah ke Makam Bukit Mugas, Jl. Mugas Sari, Semarang Tengah, Kamis (17/10/2024).

Iswar yang dikenal sebagai pencinta ziarah, hobi berziarah ke makam para pahlawan, ulama, waliyullah, dan tentunya wali songo yang semuanya tersebar serta mengintegrasikan ajaran Islam di Nusantara khususnya di Kota Semarang.

Ziarahnya ke makam Ki Ageng Pandanaran ini dilakukannya untuk napak tilas pendiri dan tokoh tonggak sejarah peradaban Semarang.

Saat ziarah itu, Iswar menjelaskan, bahwa pada saat itu di Kerajaan Demak terdapat seorang pangeran bernama Raden Made Pandan yang mempunyai seorang putra bernama Raden Pandanarang (Pandanaran).

Maka Raden Made Pandan mengajak putranya (Pandanaran) dan para sahabatnya meninggalkan Kesultanan Demak. Mereka menuju ke barat untuk mencari wilayah baru untuk ditempati.

Raden Made Pandan kala itu mengajarkan agama Islam kepada pengikutnya. Seiring berjalannya waktu mengundang banyak masyarakat untuk datang dan belajar agama.

Sebelum tutup usia, Raden Made Pandan berpesan kepada putranya untuk menggantikannya sebagai guru agama Islam. Raden Pandanaran kemudian bertanggung jawab menyebarkan Islam dan mengelola lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.

“Raden Pandanarang sangat memperhatikan keinginan ayahnya,” kata Iswar.

Raden Pandanaran menjadi guru agama Islam bagi masyarakat setempat dan juga mengurus pengelolaan lahan pertanian. Suatu hari, ketika dirinya sedang menggarap lahan pertanian bersama para pengikutnya, tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh.

Di antara hijaunya pepohonan, banyak terdapat pohon asam yang tumbuh berjauhan. Masyarakat yang melihat hal tersebut pun bertanya-tanya mengapa asam jawa bisa tumbuh sejauh ini di tanah subur tersebut. Raden Pandanaran kemudian menamai daerah itu sebagai Semarang.

“Makanya daerah ini disebut Semarang, diambil dari nama asem arang (asam yang jarang),” jelasnya.

Kemudian di bawah kepemimpinan Pandan Arang II, wilayah Semarang makin berkembang sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Kerajaan Pajang.

Karena permintaan pembenahan daerah dapat dipenuhi, Sultan Hadiwijaya memutuskan untuk menjadikan Semarang yang dipimpin oleh Pandan Arang II setingkat kabupaten.

Pandan Arang II dan Sultan Pajang yang berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga menetapkan tanggal 2 Mei 1547 sebagai hari berdirinya Kota Semarang.

“Hari lahirnya Kota Semarang juga bertepatan dengan hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 954 Hijriah,” kata Iswar.

Pandan Arang II yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Bayat kemudian juga diangkat menjadi bupati pertama Semarang.***

Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version