banner 728x250
News  

Misteri Tali Terikat di Tangan pada Kasus Satu Keluarga Bunuh Diri Loncat dari Lantai 22 Apartemen, Pakar Ungkap Maknanya 

Pakar mengungkap makna tali terikat pada kasus satu keluarga bunuh diri dari lantai 22 apartemen. Foto: pixabay.com/surprising_snapshots
Pakar mengungkap makna tali terikat pada kasus satu keluarga bunuh diri dari lantai 22 apartemen. Foto: pixabay.com/surprising_snapshots
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Kasus satu keluarga bunuh diri dengan cara loncat dari lantai 22 apartemen masih menuai misteri, salah satunya makna mengenai tali yang mengikat satu sama lain. 

Dikutip Tuturpedia.com, Rabu (13/2/2024), terungkap misteri tali terikat di tangan satu sama lain pada kasus satu keluarga bunuh diri loncat dari lantai 22 apartemen. 

Sebelumnya, diketahui satu keluarga tewas usai diduga bunuh diri loncat dari lantai 22 apartemen di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. 

Adapun jasad keempat orang ini ditemukan dalam kondisi terikat satu sama lain dengan seutas tali. Banyak yang mempertanyakan soal tali yang diikatkan di tangan korban. 

Menurut Kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Eliasta Sembiring Meliala, Senin (11/3/2024), tali yang diikatkan pada tangan korban bisa disimbolkan sebuah ikatan yang kuat sebagai keluarga. 

“Itu mungkin semacam simbol ya bahwa mereka sebagai family, sebagai keluarga,” ucap Adrianus.

Tali yang mengikat satu sama lain itu dapat disimbolkan sebagai ikatan yang kuat, bahkan meski sudah meninggal sekalipun. 

“Jadi saling terikat, bahkan saat sudah meninggal pun saling terikat begitu ya,” sambung Adrianus.

Namun selain bisa disimbolkan sebagai ikatan keluarga, tali yang mengikat di lengan anggota keluarga satu sama lain juga dapat bermakna lain. 

Bisa saja si anak masih merasa ragu untuk melakukan bunuh diri sehingga perlu dorongan dari orang tua sang anak untuk mengikuti bunuh diri agar tidak menanggung beban yang nantinya akan diwariskan pada mereka. 

“Dipastikan dengan saling mengikat itu maka, mungkin kalau misalnya anak ragu-ragu bisa kemudian bisa terdorong oleh berat badan bapaknya,” jelasnya.

Sehingga mereka bisa berangkat dan meloncat secara bersama-sama. 

“Tapi bisa juga dalam rangka agar mereka tadi bisa berangkat bersama-sama, meloncat bersama-sama,” papar Adrianus.

Adrianus juga menilai saat seseorang sudah merencanakan untuk melakukan aksi bunuh diri, maka sekuat apapun iman yang dianut tak mampu untuk membendung niat tersebut. 

“Karena mereka menganggap masalah tidak akan selesai dengan hanya menjalankan agama. Perlu dicari cara di luar itu,” ujar Adrianus.

Menurutnya sulit untuk membendung seseorang melakukan aksi bunuh diri, karena mereka memiliki banyak cara untuk merealisasi keinginannya untuk mengakhiri hidup. 

”Pada dasarnya, kalau seseorang sudah ada niat untuk bunuh diri, ada banyak cara yang bisa dilakukan,” tuturnya.

Adrianus juga mengatakan jika pemilihan lokasi korban didasari karena mereka sudah terbiasa dengan lokasinya dan ada indikasi sebelumnya pernah tinggal lama di sana. 

Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan guna mengungkapkan motif di balik peristiwa bunuh diri yang dilakukan satu keluarga. 

Catatan: 

Artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.***

Penulis: Niawati.

Editor: Annisaa Rahmah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses