Semarang, Tuturpedia.com — Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akan digelar pada 27–29 September 2025 di Jakarta bukan sekadar pergantian kepengurusan, melainkan momentum penentu nasib partai. Sabtu, (27/09/2025).
Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan FISIP Undip, Wahid Abdulrahman, menilai forum ini akan menjawab pertanyaan krusial: apakah PPP menuju kebangkitan setelah gagal di Pemilu 2024, atau justru semakin terpuruk.
Pihaknya juga mengingatkan bahwa dalam sejarah pemilu Indonesia, belum ada partai yang berhasil kembali ke parlemen setelah terlempar karena gagal melewati parliamentary threshold. Tren suara PPP sendiri terus menurun drastis, dari 6,53% pada 2014 hingga menyentuh 3,87% pada Pemilu 2024.
Konflik Internal dan Kegagalan Adaptasi Jadi Penyebab
Menurutnya, penurunan elektabilitas PPP terutama disebabkan oleh konflik internal yang berlarut-larut, seperti dualisme kepengurusan dan persaingan faksi. Konflik ini diperparah oleh kegagalan partai merawat basis pemilih tradisional.
Di sisi lain, PPP juga dinilai lamban dalam merespons perubahan demografi pemilih, khususnya di kalangan milenial dan zilenial.
“PPP butuh figur yang mampu menjaga basis santri sekaligus adaptif terhadap dinamika politik nasional,” ucapnya.
Komposisi Kunci: Santri Konsolidator dan Pengusaha Finansial
Sebagai solusi kebangkitan, Wahid menawarkan formula kepemimpinan yang menggabungkan basis ideologis dengan kekuatan finansial. Dan, menekankan bahwa figur santri dengan garis keturunan ulama wajib mendapat posisi strategis (Ketum atau Sekjen) untuk mengembalikan citra PPP sebagai “rumah besar umat Islam.”
“Sosok santri ini diharapkan menjadi konsolidator yang diterima berbagai kalangan serta mampu menggerakkan jaringan santri di akar rumput,” ungkapnya.
Namun, akademisi lulusan Jerman ini menambahkan, partai juga membutuhkan figur pengusaha yang memiliki kapasitas finansial untuk menopang kebutuhan Pemilu 2029 yang diprediksi jauh lebih besar.
“Kombinasi kepemimpinan santri–pengusaha akan menjadi kunci kebangkitan PPP lima tahun ke depan. Figur santri menjaga basis ideologis, sementara pengusaha menopang kebutuhan finansial dan memperkuat daya saing,” tandasnya.
Penulis: Lilik Yuliantoro || Editor: Permadani T.