banner 728x250
Health  

Menu Makan Siang Gratis Jadi Sorotan, Dokter Gizi: Harus Mengandung Protein Hewani dan Sayur 

Dokter gizi turut memberikan saran untuk menu pada program makan siang gratis. Foto: pexels.com/katerina-holmes
Dokter gizi turut memberikan saran untuk menu pada program makan siang gratis. Foto: pexels.com/katerina-holmes
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Simulasi program makan siang gratis yang menawarkan pilihan menu siomai menjadi sorotan dokter gizi.

Dikutip Tuturpedia.com dari berbagai sumber, Sabtu (2/3/2024), Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, M. Gizi., Sp.GK(K) sempat menyinggung soal menu makan siang gratis yang telah dilakukan simulasi oleh Menteri bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. 

Ia menyarankan agar menu dalam program makan siang gratis harus mengandung lauk dengan protein hewani dan juga sayuran. 

Dokter gizi satu ini menilai jika pemilihan menu harus berupa protein hewani karena bioavailabilitas (BA) atau ketersediaan hayatinya lebih tinggi. 

Selain itu, protein hewani juga lebih mudah diserap oleh tubuh sehingga lebih baik dibanding protein nabati. 

Menurutnya, protein hewani juga sangat dibutuhkan oleh anak-anak dalam menunjang pertumbuhan lantaran mengandung asam amino esensial. 

“Jadi, sangat penting protein hewani itu untuk menunjang pertumbuhan anak dan memenuhi kebutuhan asam amino esensial,” ujarnya.

Protein hewani sendiri diketahui memiliki kandungan asam amino esensial jauh lebih lengkap dibandingkan dengan protein nabati. Selain membantu pertumbuhan anak, asam amino juga membantu terbentuknya sel yang rusak lebih cepat, serta dapat mendukung perkembangan otak.

Gaga juga sempat memberikan penilaian terhadap menu makan siang gratis yang sudah dilakukan simulasi pada Kamis (29/2/2024) lalu. 

Gaga menilai jika pemilihan menu siomai memiliki kandungan protein yang sedikit serta mengandung karbohidrat sederhana. 

“Jadi kita harus menjaga nutrisi itu di makan siang dan makan malam. Kalau kita kasih siomai, pasti hanya makan siomai saja dan kacang, kita hanya dapat lemak dan protein hewaninya dikit banget,” kata dr. Gaga.

Sedangkan untuk menu nasi ayam dan nasi telur utuh memang sudah cukup bergizi, namun kurang lengkap karena tidak mengandung sayur. 

Lain lagi dengan gado-gado yang dinilai sudah cukup mengandung vitamin dan protein, karena terdiri dari sayuran, bumbu kacang, dan telur. Namun ia juga menyebutkan jika pemilihan telur masih kurang. 

Ia lalu menyarankan agar menu makan siang gratis terdapat minimal 50 gram protein hewani, karena penting bagi usia anak-anak. 

Lebih lanjut, Gaga mengingatkan jika memang program tersebut jadi direalisasi, maka pemerintah harus memperhatikan kelengkapan kandungan gizi di dalamnya agar bisa mengatasi permasalahan gizi atau stunting.

“Kalau memang betul jadi, yang serius. Harus yang lengkap di siang hari jadi jangan makan siang asal ada, enggak akan optimal memecahkan masalah gizi atau stunting,” tegasnya.***

Penulis: Niawati

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses