Tuturpedia.com – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi tampak hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi untuk Masa Depan (Summit of the Future) yang digelar di Markas Besar PBB New York, pada Minggu, 22 September 2024 – Senin, 23 September 2024.
Penyelenggaraan konferensi tersebut bertujuan mengumpulkan konsensus global untuk memperkuat multilateralisme dalam rangka mengatasi tantangan global saat ini dan mendatang.
Diketahui tema yang diangkat dalam pertemuan ini yaitu “Solusi Multilateral untuk Masa Depan yang Lebih Baik”.
Menlu Retno menekankan pentingnya paradigma kolaborasi dalam rangka menghadapi tantangan besar di dunia saat ini, seperti krisis iklim dan energi, rivalitas geopolitik, hingga pemulihan ekonomi yang suram.
Setidaknya, terdapat tiga pesan utama yang disampaikan Menlu Retno melalui pidatonya. Pertama, mewujudkan perdamaian abadi yang menciptakan keadilan, stabilitas, dan pembangunan.
“Perdamaian hanya dapat terwujud jika hukum internasional ditegakkan secara konsisten tanpa standar ganda,” ucap Menlu Retno, dikutip dari kemlu.go.id pada Selasa (24/9/2024).
Pada konteks ini, Menlu Retno mendesak Israel untuk menghentikan genosida dengan segera yang terjadi di Palestina, serta menegaskan pentingnya solusi dua negara untuk Palestina.
Kedua, memastikan jaminan terhadap hak atas pembangunan.
“Kesenjangan harus dijembatani sehingga tidak ada satu negara pun yang tertinggal,” tegas Menlu.
Ia juga menyerukan upaya bersama demi mempercepat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030. Ketiga, mewujudkan tatanan dunia yang inklusif. Tata kelola global yang lebih adaptif, responsif dan efektif dapat direalisasikan melalui reformasi Dewan Keamanan PBB, arsitektur finansial global, dan sistem perdagangan multilateral.
“Reformasi sistem multilateral ini harus memperhatikan suara dan kepentingan negara-negara berkembang,” tekannya.
Lebih lanjut, Retno berpartisipasi dalam sesi dialog interaktif dengan menyampaikan urgensi reformasi sistem multilateral dan pentingnya keterwakilan negara-negara berkembang pada tata kelola global.
“Kita harus bahu-membahu untuk mewujudkan perdamaian, kemakmuran, dan keadilan untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Summit of the Future menghasilkan tiga dokumen, antara lain Pact of the Future, Global Digital Compact, dan Declaration on Future Generations.
Ketiga dokumen tersebut berisikan komitmen dunia untuk mereformasi sistem multilateral, memperkuat kerja sama di sektor digital, serta berkolaborasi untuk generasi masa depan.***
Penulis: Ixora F
Editor: Annisaa Rahmah