banner 728x250

Menko Airlangga: Konflik Iran-Israel Memicu Lonjakan Harga Minyak Dunia

TUTURPEDIA - Menko Airlangga: Konflik Iran-Israel Memicu Lonjakan Harga Minyak Dunia
Menko Perekonomian Airlangga menyebut konflik Iran-Israel picu lonjakan harga minyak dunia. Foto: Tangkapan layar YouTube Sekretariat Kabinet RI.
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, serangan Israel ke Kedutaan Iran di Damaskus serta serangan balasan (retaliasi) Iran telah berimbas terhadap harga minyak dunia.

Sebab, menurutnya keberadaan Laut Merah dan Selat Hormuz penting dari segi perekonomian karena menjadi lintasan utama bagi 27 ribu kapal minyak di Laut Merah dan 33 ribu kapal minyak di Selat Hormuz.

“Peningkatan freight cost (biaya pengiriman) menjadi salah satu yang harus dimitigasi,” ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden terkait konflik Iran-Israel, Selasa (16/4/2024).

Jika sentimen ataupun konflik Iran dan Israel berlangsung dalam periode yang panjang, periode harga minyak yang tinggi akan terjadi karena Iran merupakan salah satu produsen minyak global.

Hal tersebut menjadi perhatian negara-negara dan importir minyak seperti Indonesia. Airlangga menegaskan pentingnya deskalasi perang dan menjaga kestabilan regional untuk mengurangi dampak ekonomi global.

Menko Airlangga menuturkan, meskipun tengah menghadapi tantangan geopolitik, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan yang solid sebesar 5 persen, dengan inflasi yang terkontrol di rentang 2,5 persen, plus minus 1 persen. 

“Neraca perdagangan kita masih surplus dan cadangan devisa kita masih kuat di angka 136 miliar dolar AS,” tambahnya.

Lebih lanjut, Menko menjelaskan bahwa pasar keuangan global mengalami ketidakpastian dengan indeks dolar mengalami penguatan, sementara nilai tukar dan indeks harga saham global menunjukkan pelemahan. 

Namun, dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia masih dalam kondisi yang relatif aman.

“Tentu kita perlu melakukan berbagai kebijakan, antara lain bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan logistik dan kenaikan harga minyak,” ucapnya.

Dalam menghadapi gejolak ekonomi global, pemerintah Indonesia tetap fokus pada kebijakan yang mendukung sektor riil dan menstabilkan nilai tukar untuk mengurangi dampak terhadap impor, sambil juga mencatat manfaat bagi eksportir yang menerima lebih banyak devisa.

“Pemerintah terus melihat reform struktural dan menjaga ekspektasi dari investor dan juga memperkuat daya saing dan juga untuk menarik investasi jangka panjang ke Indonesia. Jadi kepastian-kepastian itu yang harus dijaga,” tutupnya.***

Penulis: Angghi Novita

Editor: Nurul Huda