Tuturpedia.com – Pada konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengumumkan jika APBN Indonesia periode 2023-2024 surplus.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mengalami surplus sebesar Rp8,1 triliun hingga Maret 2024. Diketahui, surplus tersebut diperoleh dari pendapatan negara yang lebih tinggi dari belanja negara.
“Posisi APBN kita masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).” ucap Sri Mulyani pada Jumat (26/4/2024).
Sementara itu, penerimaan negara mengumpulkan 22 persen dari target dan belanja negara 18,4 persen dalam satu kuartal. Ia mengatakan jika Indonesia telah telah mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp620,01 triliun dari target awal sebesar Rp2.802,3 triliun.
Selain itu, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp611,9 triliun dari target awal anggaran sebesar Rp3.325,1 triliun.
Sri Mulyani juga mencatat jika pendapatan pajak Indonesia setara dengan 19,81 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
“Penerimaan pajak kita sampai akhir Maret mencapai Rp393,91 triliun. Ini artinya hampir 20 persen dalam satu kuartal,” kata Sri Mulyani.
Penerimaan pajak bruto di luar restitusi dinilai tumbuh positif, yaitu sebesar 0,64 persen. Meskipun, secara keseluruhan penerimaan pajak mengalami perlambatan akibat penurunan signifikan harga komoditas pada tahun 2023, yang akibatnya baru dirasakan pada tahun ini.
Pendapatan pajak tersebut dirinci dengan penerimaan PPh non migas tercatat sebesar Rp220,42 triliun atau setara dengan 20,73 persen dari target. Angka tersebut tumbuh 0,10 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sementara itu, penerimaan PPN dan PPnBM terdata senilai Rp155,79 triliun atau 19,20 persen dari target, dengan pertumbuhan sebesar 2,57 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sebagai penutup, Sri Mulyani menyatakan kinerja APBN 2024 sampai triwulan I terbilang cukup baik, hal tersebut disebabkan oleh nilai belanja dan pendapatan negara yang terkendali. Walau begitu, Kementerian Keuangan tetap mewaspadai perlambatan dan normalisasi ke depannya.
Menurutnya, memasuki triwulan II 2024 diprediksi akan ada banyak perubahan geopolitik dan ekonomi global yang akan berimbas pada perekonomian seluruh dunia.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.