Tuturpedia.com – Salah satu merek roti yang kerap ada di warung-warung kelontong bernama Aoka kini menjadi sorotan.
Dikutip Tuturpedia.com, Senin (22/7/2024), roti Aoka ini diduga menggunakan bahan berbahaya pada produknya sehingga dapat bertahan lama tak seperti roti pada umumnya.
Disebutkan bahwa roti tersebut memiliki kandungan zat sodium dehydroacetate yang tak biasanya digunakan pada produk makanan.
Sodium dehydroacetate sendiri merupakan sebuah zat senyawa berbentuk bubuk putih yang tidak berbau dan perasa. Senyawa ini biasa digunakan sebagai pengawet kosmetik dengan konsentrasi 1,0% atau kurang.
Zat ini juga tak hanya digunakan sebagai bahan kosmetik, namun juga kerap jadi formulasi perawatan kulit, rambut, kuku, dan perawatan mata.
Produk tabir surya, wewangian dan produk kecantikan lainnya juga sering menggunakan zat satu ini.
Sodium dehydroacetate juga mampu membunuh mikroorganisme dan mencegah pertumbuhannya. Karenanya zat ini dapat membuat produk perawatan dan kecantikan terhindar dari pembusukan.
Meski dikenal aman digunakan untuk produk kosmetik dan tak menyebabkan iritasi pada kulit, namun zat ini juga tak disarankan untuk digunakan pada produk makanan.
Di Uni Eropa, penggunaan zat sodium dehydroacetate ini dibatasi dalam paparan dosis rendah dan tidak untuk digunakan di sekitar mulut atau bibir.
Adapun sodium dehydroacetate dapat memicu berbagai reaksi dalam tubuh jika tertelan seperti alergi, gangguan pencernaan, dan kanker.
Sementara itu, pihak Roti Aoka yang diwakilkan oleh Legal PT IBF (Indonesia Bakery Family), Kemas Ahmad Yani membantah bahwa produknya menggunakan bahan berbahaya.
Ia memastikan bahwa roti buatan perusahaan mereka sudah lulus uji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
“Produk roti Aoka telah dilakukan pengujian oleh Badan Obat dan Makanan Republik Indonesia dan telah mendapatkan izin edar untuk seluruh variannya sebagaimana tercantum dalam kemasan produk roti Aoka,” katanya dalam keterangan, Jumat (19/7/2024).
Ia juga menjelaskan jika roti Aoka tak mengandung sodium dehydroacetate serta masa kedaluwarsa produk tersebut bukanlah selama 6 bulan.***
Penulis: Niawati.
Editor: Annisaa Rahmah.