Jateng, Tuturpedia.com – Setiap 10 November sejatinya diperingati sebagai Hari Pahlawan, saat mereka telah berjuang dalam memperjuangkan dan membela negara, wilayah dari segala bentuk penjajahan.
Sebagian wilayah Indonesia, khususnya di Aceh terdapat sejumlah tokoh pahlawan perempuan yang bangkit di setiap fase yang berbeda.
Bahkan, sebagian besar di antaranya sudah dinobatkan menjadi pahlawan Nasional oleh pemerintah RI dan sebagian yang lain tidak mendapatkan surat.
Sejumlah tokoh perempuan Aceh tersebut seperti Cut Nyak Dhien, Pocut Meurah Intan, Cut Meutia, Laksamana Malahayati dan Qurrata ‘Aini atau Datu Beru. Jumat, (10/11/2023).
Dan, dari salah satu tokoh perempuan Aceh tersebut dikenal gigih dan kuat dalam mengusir Belanda dari Bumi Aceh sehingga ia dijuluki sebagai “Most Wanted Person” oleh sekutu Belanda.
Namun, rupa-rupanya ada salah satu tokoh perempuan Aceh, Pocut Meurah Intan, yang makamnya berada tak jauh dari pusat alun-alun kota Blora.
Makamnya berlokasi 5 Km ke Utara, lebih tepatnya di kompleks makam ‘Tegalsari’ milik keluarga besar R.Ng Donomuchamad yang sekaligus sahabatnya di samping Masjid Baitunur hingga akhir hayatnya. Dia meninggal pada 19 September 1937.
Makam Pocut Meurah intan sangat terawat, bahkan bangunan joglo perpaduan Aceh dan Jawa terlihat megah di samping makam-makam 300 bangsawan lainnya.
Hal itu karena makam tokoh perempuan Aceh tersebut selesai dipugar pada Agustus lalu.
Sebagaimana diketahui bahwa pada 2001, Pemerintah Aceh sempat merencanakan untuk memindahkan jasad Pocut Meurah Intan ke Aceh.
Namun, rencana itu ditolak oleh pihak keluarga melalui wasiat Pocut kepada RM Ngabehi Dono Muhammad. Pocut menginginkan dan lebih suka dikebumikan di Blora, Jawa Tengah.
Mengenal Pocut Meurah Intan
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Pocut Meurah Intan merupakan seorang putri dari keluarga bangsawan pada masa Kesultanan Aceh. Dia memiliki peran penting dalam melawan penjajah Belanda di wilayah Aceh.
Ayahnya bernama Keujureun Biheu dan menjabat sebagai Ulee Balang atau kepala pemerintahan di kerajaan tersebut. Arahan sang ayah memberikan pengaruh sangat besar bagi Pocut Meurah Intan pada masa perjuangan.
Dalam catatan Belanda, Pocut Meurah Intan termasuk salah seorang tokoh dari kalangan bangsawan Aceh yang dianggap paling anti terhadap penjajahan Belanda.
Pada masa itu, dia juga menunjukkan keberanian dan keteguhan hati dalam mempertahankan kemerdekaan dan integritas masyarakat Aceh terhadap kolonialisme Belanda.
Dengan sikap tersebut, dia mampu mengkoordinasikan perlawanan untuk mengusir pasukan Belanda yang ingin menguasai Aceh. Di akhir hayatnya, Pocut Meurah Intan dipaksa menjalani masa pengasingan oleh Pemerintah Belanda.
Ia dijadikan tahanan politik dan akhirnya diasingkan ke Blora, Jawa Tengah. Selama bertahun-tahun Pocut Meurah Intan menjalani masa pengasingan yang cukup sulit meskipun terpisah dari tanah kelahirannya. Dia tetap teguh dalam keyakinan dan semangat perjuangannya untuk bangsa Aceh.
Saat ini nama Pocut Meurah Intan juga disematkan untuk taman hutan raya (Tahura) yang berada di antara perbatasan Kabupaten Pidie dan Aceh Besar di pegunungan Seulawah.
Kisah patriotik pejuang perempuan asal Aceh itu turut menjadi perhatian Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Saat berziarah ke makam Pocut Meurah Intan, Ganjar menyatakan niatnya akan memperjuangkan dan mengusulkan Pocut Meurah Intan sebagai pahlawan nasional kepada Pemerintah Pusat.
Tak hanya itu, pada tahun 2001, Pemerintah Aceh sempat merencanakan untuk memindahkan jasad Pocut Meurah Intan ke Aceh. Namun rencana itu ditolak oleh pihak keluarga melalui wasiat Pocut kepada RM Ngabehi Dono Muhammad. Pocut menginginkan dan lebih suka dikebumikan di Blora, Jawa Tengah.
Dan, Sebagaimana diketahui kembali bahwa pemugaran makam pahlawan Pocut Meurah Intan sudah direncanakan sejak tahun lalu saat delegasi Pemerintah Aceh berkunjung ke Blora.
“Alhamdulillah pemugaran makam pahlawan Aceh, Pocut Meurah Intan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, telah selesai dan terlaksana dengan baik berkat kerja sama antara Pemerintah Aceh dengan Pemkab Blora,” ucap Kadisbudpar Aceh, Almuniza Kamal.
Almuniza menuturkan, pemugaran dilakukan guna menjaga dan upaya melestarikan bukti sejarah, serta untuk menciptakan kenyamanan bagi peziarah ke makam Pocut Meurah Intan, pejuang asal Aceh yang sangat berjasa mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Oleh karena ini, Kadisbudpar Aceh berharap dengan selesai pemugaran ini dapat meningkatkan fungsi makam sebagai sarana penanaman nilai kepahlawanan bagi generasi penerus, sekaligus menjadi sarana edukasi dan religi, serta mengambil segala hikmah dari perjuangan Pocut Meurah Intan.
“Situs cagar budaya atau makam pahlawan harus dijaga dan dirawat kelestariannya sehingga menjadi warisan anak cucu kita kelak, karena bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” ungkapnya.***
Penulis: CR
Editor: Nurul Huda