Tuturpedia.com – Istilah Silent Majority viral semenjak Pemilu 2024 berlangsung.
Istilah ini sering kali digunakan oleh para pendukung calon presiden yang tidak ikut bersuara dan berpendapat untuk mendukung calon presiden yang didukung selama kampanye berlangsung.
Tapi, tahukah kamu? Istilah Silent Majority ini ternyata sudah lama digunakan dan sempat juga populer di Amerika Serikat, lho!
Sama dengan di Indonesia, istilah ini sering kali digunakan masyarakat Amerika di ranah politik.
Dikutip Tuturpedia dari beberapa sumber, Sabtu (17/2/2024), berikut ini penjelasan dari Istilah Silent Majority! Yuk, simak informasi selengkapnya di bawah ini supaya lebih paham!
Arti dan Sejarah Istilah Silent Majority
Silent Majority merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Presiden AS, Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada tanggal 3 November 1969.
Di mana pada pidatonya tersebut, Nixon mengatakan “And so tonight, to you, the great Silent Majority of my fellow Americans! I ask for your support.”
Istilah tersebut Nixon gunakan untuk orang-orang Amerika yang tidak ikut serta dalam demonstrasi besar-besaran menentang Perang Vietnam pada saat itu, tidak ikut dalam budaya tandingan dan tidak ikut serta dalam wacana publik.
Pada saat itu, Nixon bersama dengan banyak orang lainnya, melihat kelompok Amerika Tengah ini dibayangi oleh media kelompok minoritas yang lebih vokal.
Apakah Silent Majority Sangat Berpengaruh?
Setelah istilah tersebut booming di tahun 60-an, istilah Silent Majority pun seakan erat kaitannya dengan dunia politik.
Istilah ini kembali populer setelah digunakan oleh Trump pada kampanye pemilu di Amerika Serikat tahun 2016 silam untuk menyapa para pendukungnya.
Dengan begitu, istilah Silent Majority ini akhirnya didefinisikan sebagai sebagian besar masyarakat yang tidak aktif dalam politik atau tidak mengungkapkan pendapatnya secara terbuka.
Dikutip dari sebuah jurnal berjudul “The Silent Majority?” (2020), Wallace dan Jiabin menyatakan pada penelitiannya tersebut mereka menemukan bahwa orang yang berada pada Silent Majority mendefinisikan sebuah emosi.
Orang-orang tersebut diam untuk menghindari sanksi sosial yang akan diterima dan menderita disutilitas psikologis karena merasa terpinggirkan.
Namun di sisi lain, Populism Study, mengatakan jika orang yang berada di lingkup Silent Majority malah cenderung mewakili demografi pemilih yang kuat.
Sehingga, siapa pun politisi yang mampu menarik mayoritas yang diam akan bisa memenangkan pemilu dan lebih mudah menyetujui kebijakan mereka.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah