Tuturpedia.com – Laporan autopsi telah mengonfirmasi penyebab kematian Liam Payne sehari setelah penyanyi tersebut meninggal dunia di umur 31 tahun. Mantan anggota One Direction ini ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh dari lantai tiga sebuah balkon hotel di Argentina pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Pada laporan autopsi tersebut, Kantor Kejaksaan Nasional Argentina merinci bagaimana penyanyi tersebut meninggal dan menjelaskan cedera yang dideritanya sebelum meninggal dunia.
Dikutip dari laman Today, Sabtu (19/10/2024), petugas medis mencatat bahwa penyanyi tersebut mengalami cedera yang cukup serius dan telah meninggal di tempat kejadian. Terdapat juga banyak trauma dan pendarahan yang terjadi di dalam dan luar tubuh.
Pakar forensik menemukan ada total 25 cedera yang muncul akibat jatuh dari ketinggian. Cedera tersebut berupa cedera otak dan tengkorak (kranial ensefalik). Cedera ini diteliti memang dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, di bagian tangan Liam Payne, ahli forensik mengatakan mereka tidak menemukan adanya luka yang bersifat defensif, yang membuat para ahli forensik percaya bahwa semua luka di tubuh Liam bersifat vital dan terjadi pada saat yang sama dan tidak ditemukan luka yang dapat menunjukkan adanya campur tangan pihak ketiga.
Posisi tubuh Liam ketika ditemukan juga tengah mengambil posisi refleksif untuk melindungi dirinya dan kemungkinan terjatuh dalam keadaan setengah atau tidak sadarkan diri sama sekali.
Keadaan Polytrauma yang Dialami Liam Payne
Melihat banyaknya cedera yang dialami oleh Liam Payne setelah terjatuh dari lantai tiga balkon hotel, para ahli forensik mengatakan bahwa Liam mengalami polytrauma.
Polytrauma adalah kondisi medis serius di mana seseorang mengalami beberapa cedera berat secara bersamaan, yang bisa melibatkan berbagai organ atau sistem tubuh. Misalnya, cedera kepala, tulang patah, dan trauma organ dalam terjadi secara bersamaan akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau cedera akibat kekerasan.
Kondisi ini sangat berbahaya karena cedera yang banyak dan kompleks bisa mempengaruhi fungsi vital tubuh, seperti pernapasan, sirkulasi darah, kesadaran, hingga kematian.
Meski begitu, sebenarnya polytrauma sendiri bisa disembuhkan melalui rehabilitasi.
Dikutip dari laman Top Doctors, rehabilitasi polytrauma adalah memulihkan fungsi fisik, kognitif, dan emosional pasien ke tingkat setinggi mungkin, sehingga mereka dapat kembali mandiri dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Proses ini dimulai segera setelah pasien stabil dan berlanjut selama perjalanan pemulihan mereka, yang sering kali melibatkan berbagai tahap perawatan dan tim profesional perawatan kesehatan.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah