Tuturpedia.com – Polycystic ovary syndrome (PCOS) merupakan masalah kesehatan masyarakat saat ini. Penyakit ini adalah salah satu gangguan hormonal yang paling umum menyerang wanita usia reproduksi. PCOS diketahui mempengaruhi sekitar 8-13% wanita usia reproduksi, dan hingga 70% kasus yang tidak terdiagnosis.
Lantas, apa sebenarnya PCOS itu? Mengapa seseorang bisa terkena PCOS dan bagaimana gejalanya? Untuk mengetahui serangkaian informasi tentang PCOS, simak artikel ini sampai habis, yah!
Apa itu PCOS?
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah suatu kondisi ketika ovarium menghasilkan androgen dalam jumlah yang tidak normal, hormon seks pria yang biasanya terdapat pada wanita dalam jumlah kecil.
Nama sindrom ovarium polikistik menggambarkan banyaknya kista kecil (kantung berisi cairan) yang terbentuk di ovarium. Namun, beberapa wanita dengan kelainan ini tidak memiliki kista, sementara beberapa wanita tanpa kelainan tersebut justru mengembangkan kista.
Dikutip dari laman Johns Hopkins Medicine, Rabu (24/4/24) Ovulasi terjadi ketika sel telur yang matang dilepaskan dari ovarium. Hal ini terjadi agar bisa dibuahi oleh sperma pria. Jika sel telur tidak dibuahi, sel telur tersebut akan dikeluarkan dari tubuh selama menstruasi.
Dalam beberapa kasus, seorang wanita tidak menghasilkan cukup hormon yang dibutuhkan untuk berovulasi. Ketika ovulasi tidak terjadi, ovarium dapat mengembangkan banyak kista kecil.
Kista ini menghasilkan hormon yang disebut androgen. Wanita dengan PCOS sering kali memiliki kadar androgen yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak masalah pada siklus menstruasi wanita. Hal itu bisa menyebabkan banyak gejala PCOS.
Perawatan PCOS seringkali dilakukan dengan pengobatan. Hal ini tidak dapat menyembuhkan PCOS, tetapi membantu mengurangi gejala dan mencegah beberapa masalah kesehatan.
Apa Gejala PCOS yang Harus Diwaspadai?
Dikutip dari laman Mayo Clinic, Rabu (24/4/24) Gejala sindrom ovarium polikistik bisa berbeda pada setiap orang. Gejala dapat berubah seiring berjalannya waktu dan seringkali terjadi tanpa pemicu yang jelas.
- Tanda atau gejala androgen tinggi (rambut wajah atau tubuh yang tidak diinginkan, rambut rontok di kepala, jerawat atau peningkatan kadar testosteron dalam darah).
- Periode menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali.
- Penambahan berat badan, terutama di sekitar perut.
Sementara itu, orang-orang yang menderita PCOS juga kebanyakan menderita beberapa penyakit lainnya, seperti diabetes tipe 2, hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol tinggi, penyakit jantung, hingga kanker endometrium (kanker lapisan dalam rahim).
PCOS juga diketahui dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan citra tubuh negatif. Beberapa gejala seperti infertilitas, obesitas dan pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan dapat menimbulkan stigma sosial.
Tentunya, hal ini dapat juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti keluarga, hubungan, pekerjaan dan keterlibatan dalam masyarakat.
Cara Mendiagnosis PCOS
Cara yang tepat untuk mendiagnosis adanya PCOS dalam tubuh adalah dengan melakukan tes darah dan USG.
Dikutip dari laman Mayo Clinic, Rabu (24/4/24) saat melakukan tes darah, wanita dengan sindrom ovarium polikistik mungkin mengalami peningkatan kadar:
- Testosteron (hormon androgen ovarium yang mempengaruhi pertumbuhan rambut);
- Estrogen (hormon ovarium yang merangsang pertumbuhan lapisan rahim (endometrium);
- Hormon luteinising (LH, hormon hipofisis yang mempengaruhi produksi hormon oleh ovarium dan penting untuk ovulasi normal);
- Insulin (hormon yang terutama terlibat dalam pemanfaatan energi dari makanan); Dan
- Hormon anti-müllerian (yang mengukur tingkat kesuburan ovarium).
Saat membuat diagnosis, dokter juga memperhitungkan bahwa menstruasi yang tidak teratur dan ovulasi dapat menjadi bagian normal dari masa pubertas atau menopause, memiliki ovarium polikistik dapat diturunkan dalam keluarga, dan wanita dengan riwayat keluarga PCOS atau diabetes tipe 2 berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. PCOS.
Selain itu, gambaran USG tidak selalu jelas dan beberapa wanita dengan PCOS mungkin menjalani USG yang tidak menunjukkan ovarium polikistik.
Bagaimana Pengobatan PCOS?
Sayangnya, hingga saat ini tidak ada obat untuk PCOS, namun proses pengobatan dapat meminimalisir gejala yang timbul.
Beberapa gejala PCOS dapat dikurangi melalui perubahan gaya hidup. Mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga cukup dapat membantu menurunkan berat badan dan mengurangi risiko diabetes tipe 2.
Selain itu, obat KB (pil KB) dapat membantu mengatur siklus menstruasi dan mengurangi gejala. Obat lain dapat mengurangi jerawat atau pertumbuhan rambut yang tidak diinginkan akibat PCOS.
Itulah dia beberapa informasi yang wajib kamu tahu mengenai Polycystic ovary syndrome (PCOS). Jika kamu menemukan beberapa gejala di atas di dalam tubuhmu, jangan ragu untuk konsultasikan ke dokter agar lebih cepat mendapatkan penanganan!***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda