Tuturpedia.com – Demonstrasi menentang RUU Pilkada pada Senin (26/8/2024) di Balai Kota Semarang berakhir ricuh. Untuk menghalau demonstran yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa, polisi menembakkan gas air mata untuk membuat mata pedih dan sesak napas bagi mereka yang terpapar.
Namun gas air mata ikut menyebar ke pemukiman padat penduduk yang terhubung dari Jalan Pemuda, lokasi pusat dari demonstrasi. Dalam video yang viral di media sosial, anak-anak yang sedang belajar mengaji di masjid pun turut merasakan efek gas.
Anak-anak tersebut kemudian dibantu oleh warga dan mahasiswa untuk menutup lubang pernapasan dengan kain serta mengoleskan pasta gigi di bawah mata untuk mengurangi rasa perih yang membuat air mata mengalir, menurut liputan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hayam Wuruk dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Video tersebut sontak menyedot atensi warganet. Mereka menyayangkan penggunaan gas air mata oleh aparat yang turut mengganggu aktivitas warga, terutama anak-anak, yang tidak ikut serta dalam aksi unjuk rasa.
Rupanya masjid yang menjadi lokasi pengambilan video merupakan salah satu masjid paling bersejarah di Kota Semarang. Walaupun bernilai sejarah serta berada di dekat Jalan Pemuda yang merupakan jalan utama kota, banyak warga Kota Lumpia yang belum mengetahui keberadaan masjid karena letaknya yang cukup tersembunyi di tengah pemukiman.
Tentang Masjid Sekayu
Tempat ibadah yang dikenal sebagai Masjid Taqwa Sekayu tersebut disebut berdiri sejak 1413 M sehingga berusia lebih tua dari Masjid Agung Demak yang baru berdiri 7 tahun kemudian.
Menurut kisah yang ditorehkan dalam relief di pemukiman sekitar masjid, sejarah masjid dikaitkan dengan salah satu anggota Wali Songo, kelompok penyebar agama Islam di Pulau Jawa, bernama Sunan Gunung Jati.
Dikisahkan, murid sang wali yang bernama Kiai Kamal ditugaskan untuk menetap di wilayah dan menyebarkan agama Islam. Ia juga diminta untuk mengumpulkan kayu jati dari berbagai daerah di Jawa Tengah yang akan digunakan untuk material pembangunan Masjid Agung Demak.
Lokasi tersebut strategis karena terhubung dengan sungai yang mengarah ke pelabuhan. Itulah mengapa daerah di sekitar masjid dikenal sebagai Sekayu yang berasal dari kata ‘kayu’.
Meski sebagian besar bangunan merupakan konstruksi baru, masih tersisa beberapa komponen yang menunjukan nilai sejarah dari masjid seperti empat ‘soko guru’ atau pilar penyangga yang terbuat dari kayu.
Pilar yang kini dilapisi dengan kayu baru di bagian luarnya tersebut masih kokoh menyangga bangunan. Soko guru sendiri merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki masjid kuno dengan arsitektur Jawa seperti halnya Masjid Agung Demak.
Dikutip Tuturpedia dari situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada Minggu (1/9/2024), komponen tua lainnya yang masih tersisa adalah ‘mustika’ atau ornamen hiasan pada bagian puncak atap serta sebagian. Masjid Sekayu juga memiliki atap tumpang bersusun khas masjid Jawa alih-alih atap berbentuk kubah.***
Penulis: Fadillah Wiyoto
Editor: Annisaa Rahmah