Tuturpedia.com – Akun Tiktok @andre.situpai milik Andre, pemandu profesional di Gunung Kerinci, menarik perhatian warganet lewat konten yang diunggah pada Minggu, 19 Juni 2022 lalu, yakni berisi perjumpaan dengan spesies misterius bernama kelinci belang Sumatra (nesolagus netscheri).
Dalam video yang terlihat diambil pada malam hari tersebut, dua pendaki berjumpa dengan seekor kelinci dengan warna belang coklat kekuningan dan hitam serta mata berwarna merah.
Meskipun liar, sang kelinci terlihat jinak hingga pendaki lain dapat menyentuh badan sang kelinci yang melompat di antara akar pohon. Pemegang kamera menyebut lokasi pertemuan yang berada di jalur pendakian.
Meski terlihat sederhana, video tersebut berharga bagi dunia konservasi mengingat kelinci belang Sumatra tergolong sebagai spesies yang sulit dijumpai lebih-lebih terdokumentasi keberadaanya dengan baik.
Kelinci belang sendiri merupakan hewan ‘endemik’ atau hanya hidup di Pulau Sumatra. Habitatnya berada di Bukit Barisan, pegunungan yang terbentang di sepanjang bagian barat pulau.
Kerinci, gunung tertinggi kedua sekaligus gunung berapi tertinggi di Indonesia sendiri adalah salah satu gunung dalam Bukit Barisan yang secara administrasi termasuk dalam wilayah Provinsi Jambi.
Belum ada penelitian menyeluruh terhadap mamalia yang bersifat nokturnal atau aktif di malam hari ini, sehingga tidak diketahui jumlah pasti dari populasinya. Ini membuat International Union for Conservation of Nature International (IUCN), lembaga konservasi yang menjadi rujukan dunia, tidak dapat memberikan status populasi terhadap spesies ini selain keterangan ‘data deficient‘ atau kekurangan data.
Bukti keberadaan kelinci pun banyak diketahui dari gambar yang diambil oleh kamera jebak yang dipasang oleh para peneliti di hutan.
Video viral milik Andre sejatinya telah diambil sejak tahun 2022, namun kembali ramai dibahas oleh warganet akhir-akhir ini. Melalui keterangan Andre terhadap Tuturpedia.com di Instagram, ia mengaku sering berjumpa dengan kelinci Sumatra di jalur pendakian selain perjumpaan yang terabadikan dalam video.***
Penulis: Fadillah Wiyoto
Editor: Annisaa Rahmah
