banner 728x250

Mendag Jamin Stok Beras RI Cukup, Tapi Impor Jagung Ditambah

Zulkifli Hasan ajak produsen EV Tiongkok untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia. FOTO: Website Sekretariat Kabinet
Zulkifli Hasan ajak produsen EV Tiongkok untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia. FOTO: Website Sekretariat Kabinet
banner 120x600

Tuturpedia.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas (ratas) yang membahas stabilitas harga komoditas pangan, khususnya jagung, gula, dan beras, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (9/10/2023).

Dalam ratas ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan pasokan beras dalam negeri dalam kondisi aman. 

Namun, Mendag mengakui, harga beras di sejumlah daerah masih belum turun. Penurunan harga beras saat ini hanya terjadi di wilayah Jakarta dan Jawa Barat.

“Beras lebih dari cukup, stok kita banyak, jadi tidak usah khawatir. Stok cukup mulai dari pusat, kabupaten, sampai provinsi. Soal harga, memang yang di Jakarta dan Jawa Barat harga beras sudah turun, tapi yang jauh belum turun, tapi tidak naik lagi (harganya),” ujar Mendag.

Mendag menambahkan, pemerintah akan melakukan antisipasi dampak dari iklim panas (El Nino). Jika stok beras menipis, pemerintah akan mengimpor beras dari sejumlah negara.

“Tadi diputuskan, kalau diperlukan, kita bisa beli lagi beras itu walaupun nanti belum tentu dibawa kemari. Jadi, kalau ada kita beli, pada waktu yang diperlukan baru nanti diimpor,” kata Mendag.

Impor Jagung Ditambah

El Nino juga membuat pasokan jagung dalam negeri menurun. Oleh karena itu, menurut Mendag, pemerintah berupaya menambah impor jagung guna menekan harga komoditi ini. Total tambahan impor jagung, yakni sebesar 250 ribu ton.

“Jagung memang berangsur-angsur naik harganya. Oleh karena itu, tadi ditambah (impornya). Ditambah karena kita impor jagung untuk industri, ditambah sebanyak 250 ribu ton tadi,” ujar Mendag.

Lebih lanjut, Mendag menekankan, jagung yang diimpor tersebut hanya diperuntukkan untuk pakan ternak dan bukan untuk konsumsi.

“Untuk peternakan, untuk industri, bukan konsumsi,” tegasnya.

Sedangkan untuk gula, dia menerangkan bahwa harga gula mulai berangsur naik. Hal ini disebabkan karena minimnya realisasi pengadaan gula dari luar negeri untuk menutupi kekurangan suplai dari dalam negeri.

“Para pelaku importir gula baru mengimpor gula itu kira-kira 30 persen. Jadi harus dikeluarkan persetujuan impor gula, yang diputuskan neraca komoditas, kemudian dihitung,” tandasnya.***

Penulis: Angghi Novita

Editor: Nurul Huda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses