Tuturpedia.com – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri kembali menyinggung pelaksanaan Pemilihan residen (Pilpres) 2024, yang menurutnya terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM).
Megawati menyebut kader partainya juga memiliki hak yang sama dalam pemilihan umum yang lalu. Tapi, dia menyayangkan terjadinya kecurangan yang dialami kader-kadernya. Menurutnya ada pihak yang tidak jantan mengakui adanya kecurangan TSM dalam Pilpres 2024.
“PDIP boleh ikut Pemilu, tapi setelah itu kok ada TSM? Enggak ngaku lagi. Mbok, ya, jantan gitu loh! Ya, harusnya jantan dong,” kata Megawati saat menghadiri Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Partai Perindo di iNews Tower, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/7/2024).
Dia pun menyayangkan kecurangan Pilpres terjadi hanya untuk melanggengkan kekuasaan pihak tertentu. Kendati demikian, Megawati tidak menyebutkan siapa pihak-pihak yang ia maksud.
“Makannya jangan dong, hanya untuk kekuasaan kemudian mengesampingkan (kejujuran di pilpres). Fair (adil) saja, lah. Iya dong, masa begitu?” lanjut Megawati.
“Ya, kalau pemilu langsung saja kayak gitu, lalu apa mau dikembalikan lagi pemilu lewat suara di MPR?” tambahnya.
Cerita Megawati soal Proses Pemilu Era Reformasi
Usai melempar pernyataan panas, Megawati kemudian menceritakan proses pemilu di masa reformasi yang mengharuskan PDIP menerima kekalahan.
Pada Juni 1999, PDIP telah memenangkan pemilihan umum dengan persentase 33% oleh Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Megawati diperkirakan akan menjadi presiden.
Namun, nasib itu digagalkan oleh Amien Rais, yang membentuk Poros Tengah dari partai Islam, seperti PKB, PAN, PBB, dan Partai Keadilan (PK). Hingga akhirnya pada 20 Oktober 1999, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diangkat sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden.
“Saya enggak berontak, diam saja. Padahal kalau saya mau berontak itu bisa loh, anak buah saya banyak. Sekarang saja saya nomor satu lagi. Tapi, saya akan jaga karena dampaknya itu bagi negara dan bangsa,” tandas Mega.***
Penulis: Angghi Novita.
Editor: Annisaa Rahmah.