banner 728x250
News  

Mbak Ita Kunjungi Pasar Tradisional di Semarang, Ini Penyebab Kenaikan Harga Komoditas

Mbak Ita kunjungi pasar tradisional di Semarang untuk cek kenaikan harga. Foto: Humas
Mbak Ita kunjungi pasar tradisional di Semarang untuk cek kenaikan harga. Foto: Humas
banner 120x600
banner 468x60

Semarang, Tuturpedia.com – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengunjungi dan melakukan pengecekan harga beberapa komoditas di berbagai pasar tradisional pada Senin (8/1/2024).

Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi adanya kenaikan harga, terutama di bagian sayur.

“Di Kota Semarang kemarin ada kenaikan harga tomat dari harga Rp18-20 ribu/kg menjadi Rp25 ribu/kg. Hari ini saya cek di Pasar Kapling. Karena biasanya yang kami cek pasar di tengah kota seperti Karangayu, Peterongan, Pasar Bulu, dan Johar. Kini kita menengok dan meninjau kegiatan yang ada di Pasar Kapling,” ucap Mbak Ita, di sela tinjauan di Pasar Kapling, Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, pada Senin (8/1/2024).

Di sana, Mbak Ita menyapa para pedagang dan membeli tomat serta beberapa sayuran. Hasil dari belanjaan ini, kemudian dibagikan oleh Mbak Ita ke masyarakat di sekitar Pasar Kapling.

“Tadi saya beli tomat dan sayuran, alhamdulillah sekarang sudah turun semua. Jadi harga tomat hijau tadi saya beli Rp18 ribu/kg, tomat buah yang besar sudah turun jadi Rp23 ribu/kg,” ujar Mbak Ita.

Bagi Wali Kota Semarang itu, kenaikan harga yang terjadi itu dikarenakan pasokan atau distribusi tomat dan sayuran yang diambil dari Magelang dan Bandungan.

“Mungkin di sana panen berkurang. Bahkan ada gagal panen juga. Setelah saya cek di Pasar Kapling ini, alhamdulillah relatif harga-harga sudah turun termasuk cabai. Hanya cabai keriting yang agak mahal sedikit, tapi cabai hijau, cabai setan sudah turun,” terangnya.

Sejumlah upaya dilakukan oleh pihaknya untuk mengantisipasi kenaikan harga komoditas yang baru-baru ini terjadi.

“Dari dulu kami selalu mengajak ibu-ibu rumah tangga, kelompok tani, dan masyarakat menanam tiga komoditi (komoditas) penyumbang inflasi seperti menanam cabai, tomat, bawang,” imbuhnya.

Menurut Mbak Ita, sudah ada masyarakat yang menanam sendiri, sehingga mereka banyak yang tidak merasakan kenaikan harga karena telah panen sendiri.

“Menanam mudah kok. Satu atau dua pohon cabai sudah bisa dipanen berkali-kali. Kalau rumah tangga kan kebutuhan enggak banyak kecuali kalau untuk usaha,” jelasnya.

Upaya lain yang dilakukan ialah menurunkan harga dengan cara menggelar intervensi operasi pasar.

“Alhamdulillah sudah turun lagi (harga) sudah stabil. Saya imbau masyarakat jangan panik karena suplai masih tersedia,” tuturnya.

Di sisi lain, Fajar Purwoto selaku Plt Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang mengatakan, sidak di pasar-pasar ini menjadi bentuk kepedulian Wali Kota Semarang kepada masyarakat.

“Kalau ada kenaikan harga, Bu Ita langsung kontak ke kita. Saat beras naik, Bu Ita turun sehingga ada kerja sama pemerintah kota dengan Bank Indonesia me-launching Kios Pandawa,” katanya.

Kemudian, Fajar melanjutkan, ketika ada kenaikan harga cabai, langsung dilakukan peninjauan dan operasi pasar dan dimasifkan dengan program Pak Rahman.

“Kemarin ada kenaikan tomat, hari ini Bu Ita mengecek Pasar Kapling. Saya minta warga Kota Semarang jangan panik. Kalau ada kenaikan langsung menginformasikan ke Dinas Perdagangan, sehingga kami bisa mengambil tindakan,” tandasnya.

Dinas Perdagangan juga terus melakukan pembaruan harga di hampir semua pasar tradisional yang ada di Kota Semarang.***

Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses