Tuturpedia.com – Calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD blak-blakan mengungkap bahwa ada beberapa rektor yang disuruh buat pernyataan tentang Jokowi.
Dikutip Tuturpedia.com pada Selasa (6/2/2024), Mahfud MD mengatakan jika permintaan tersebut diminta ke beberapa rektor Perguruan Tinggi untuk buat pernyataan yang berisi pujian untuk Jokowi.
“Ini laporan kepada saya dari beberapa rektor, disuruh membuat pernyataan bahwa Pak Jokowi orangnya negarawan istimewa,” ucap Mahfud MD pada Senin (5/2/2024).
Tak hanya sampai di situ saja, para rektor itu juga diminta untuk membuat pernyataan bahwa Jokowi berhasil mengatasi krisis yang selama ini terjadi di Indonesia, serta pernyataan tentang Pemilu 2024 yang berjalan dengan baik.
“Yang kedua Pak Jokowi berhasil mengatasi krisis, yang ketiga pemilu berjalan baik dan sebagainya,” ungkapnya.
Bahkan, beberapa rektor ini menurut Mahfud diminta dengan template yang sama, ada beberapa rektor yang menuruti namun ada pula yang tidak.
Salah satu rektor yang menolak untuk membuat pernyataan tersebut ialah Sugio Pranoto, yang merupakan Rektor Unika di Semarang.
“Itu ada beberapa rektor yang disuruh. Ada yang kemudian membuat pernyataan, template-nya sama. Lalu ada yang tidak mau disuruh begitu seperti Rektor Universitas Soegijapranata di Unika di Semarang, itu memberitahu kepada kami: kami disuruh membuat seperti ini,” terang Mahfud MD.
Mahfud juga mengatakan jika ada yang sudah membuat pernyataan persis namun ada juga rektor yang membuat pernyataan mirip dan samar-samar sesuai template yang sudah diberikan.
Mahfud sendiri menegaskan untuk tak membuat tandingan-tandingan seperti itu karena dapat memecah belah bangsa dan juga pihak kampus.
“Ada pernyataan rektor yang sama isinya karena pakai template, tapi ada yang samar-samar dan sebagainya. Nah, menurut saya itu kurang sehat. Membuat tandingan-tandingan itu memecah belah masyarakat dan memecah belah kampus juga,” tuturnya.
Mahfud pun meminta agar kebebasan para akademik dan mimbar akademik tetap dihormati.
Dia kemudian membandingkan era Presiden RI Soeharto dengan era sekarang. Di mana pada era tersebut, para akademisi masih diberikan kebebasan untuk berpendapat.
“Oleh sebab itu menurut saya kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik itu harus tetap dihormati. Karena seotoriter zaman Pak Harto pun, kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik itu relatif masih cukup didengarkan dan relatif masih berwibawa,” pungkasnya.***
Penulis: Niawati
Editor: Annisaa Rahmah