Tuturpedia.com – Kelompok tani, peternak, perangkat desa, dan warga di di Desa Wonoharjo menerima program “Pendampingan Mengenai Peningkatan Kesuburan Tanah dan Ekonomi Petani melalui Pemanfaatan Kotoran Kambing dan Sapi serta Cairan EM4 sebagai Pupuk Kandang” dari mahasiswa Tim II Universitas Diponegoro (Undip) 2024.
Lebih tepatnya program ini dilakukan pada Sabtu (3/8/2024) di Desa Wonoharjo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Mahasiswa Tim II KKN Undip 2024 tersebut terdiri dari Zulfikar Imampuro, M. Randhiza Pahlevi, Edvan Satyo, Nemat Mukti Putra, Elvina Anindya, Artanti W, Setyowati Nur Hanifah, Salsabila Syakira, dan Shafira Nur Laily.
Untuk diketahui, pupuk kandang ialah salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Pupuk ini bisa meningkatkan kesuburan tanah serta hasil pertanian secara alami. Selain itu, pupuk kandang juga dapat mengurangi biaya produksi pertanian hingga mengatasi masalah limbah ternak.
Pendampingan dilakukan melalui presentasi materi yang meliputi aspek lingkungan, hukum, inovasi pengemasan, potensi bisnis, dan teknik pemasaran. Kemudian dilakukan juga demonstrasi yang dimulai dari proses pengambilan kotoran ternak secara langsung dari kandang, penguraian kotoran ternak menggunakan ragi tape, serta pencampuran starter pupuk cair menggunakan air, molase, dan EM4.
Pupuk cair tersebut kemudian disemprotkan pada kotoran ternak yang sudah terurai dan dilakukan fermentasi anaerob selama satu sampai dua minggu. Setelah pupuk kandang selesai difermentasi, pupuk diaplikasikan di lahan pertanian. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan luas lahan.
Dalam kegiatan ini, juga dilakukan proses uji kandungan pupuk menggunakan rangkaian listrik sederhana berupa lampu. Adapun prinsip kerja dari rangkaian listrik yakni mendeteksi adanya kandungan logam sebagai kandungan unsur hara mikro pada pupuk. Makin tinggi kandungan logam yang ada di pupuk, maka makin terang nyala sinar lampu, begitu juga sebaliknya.
Kegiatan ini pun disambut baik oleh masyarakat desa setempat karena penyampaian materi dan praktik dilakukan secara interaktif. Para mahasiswa juga mengajak warga untuk mencoba memperagakan secara langsung. Lalu, mahasiswa juga membuka pintu diskusi untuk saling berbagi ilmu yang dimiliki, baik dari pemateri maupun peserta.
“Semoga program ini dapat menambah wawasan baru bagi kita semua, mulai dari teman teman mahasiwa, masyarakat Desa Wonoharjo dan daerah lainnya. Saya menilai bahwa pemaparan yang telah dilakukan sudah cukup baik dan apabila teman-teman mahasiswa berkenan bisa mengajukan penemuan dan ilmu ini atau yang lainnya pada pemerintah setempat supaya manfaat yang didapatkan dapat tersebar secara lebih luas,” ujar Lasiman, Pembina BAPERMAS (Badan Pemberdayaan Masyarakat).***
Penulis: Shafira Nur Laily
Editor: Annisaa Rahmah