Tuturpedia.com – Lonjakan pasien penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia meningkat tak hanya di rumah sakit umum daerah milik pemerintah namun juga di rumah sakit swasta.
Kementerian Kesehatan pun meminta masyarakat waspada terhadap jentik nyamuk yang berkembang biak lebih cepat di musim penghujan agar lonjakan kasus DBD di Indonesia ini bisa berkurang.
Selama tiga bulan terakhir kasus DBD di Indonesia mencapai lebih dari 35.000 pasien dengan 290 kasus kematian.
Dinas Kesehatan Jakarta memprediksi kasus demam berdarah dengue di Jakarta masih akan terjadi hingga April atau Mei 2024.
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Jakarta hingga 18 Maret 2024 kawasan Jakarta Barat menjadi daerah dengan kasus DBD tertinggi mencapai 562 kasus. Sementara itu, sebanyak 65 pasien di RSUD menampung warga akibat terkena DBD.
Salah satu rumah sakit yang mengalami peningkatan jumlah pasien DBD mencapai dua kali lipat dari tahun lalu ialah Rumah Sakit Daerah Kota Depok, yang pada Januari 2024 ada 68 kasus, Februari ada 119 kasus, dan Maret ada 68 kasus.
“Di Januari cuma 38 kasus, Februari 28 kasus dan di Maret cuma 22. Berarti lebih kurang 2 sampai tiga kali lebih tinggi daripada tahun lalu di tahun ini. Di Januari ada satu yang meninggal ya yang lainnya teratasi Alhamdulillah,” ungkap Sobari, Dirut RSUD Kota Depok, dikutip Tuturpedia pada Senin (25/3/2024).
Selain di RSUD Kota Depok, RS Bhakti Kartini Bekasi Timur juga mengalami peningkatan pasien DBD.
Bahkan pasien DBD melonjak hingga 50% sejak sebulan terakhir ada tiga orang yang meninggal dunia. Hal itu disampaikan oleh Iqbal selaku Dokter IGD RS Bhakti Kartini Bekasi.
“Di bulan Februari atau Maret ini, tiga orang dan setelah kita rawat di ICU dan di ventilator memang karena pasiennya masuk dalam kondisi yang kurang bagus, pasiennya dinyatakan meninggal di rumah sakit kita di ruangan ICU,” ujar Iqbal.
Sementara itu, menurut Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes, Ngabila Salama mengatakan jika peningkatan kasus DBD disebabkan oleh adanya musim penghujan dan kelembaban relative humidity.
“Ada pola-pola khusus setiap tahunnya itu sama, yaitu di bulan Desember akan mulai meningkat lalu puncaknya bulan April dan akan kembali turun. Ini semua dikaitkan dengan adanya musim penghujan, di mana jika musim penghujan pengaruh iklim cuaca dan juga kelembaban relative humidity,” ujar Ngabila Salama.
Untuk menangani masalah ini, Kementerian Kesehatan menggalakkan M plus yakni menguras, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas plus sejumlah upaya pencegahan lainnya seperti gotong royong membersihkan lingkungan.***
Penulis: Niawati
Editor: Nurul Huda