banner 728x250
Budaya  

Lestarikan Budaya Adiluhung, Warga Kota Semarang Ramaikan Pagelaran Wayang Orang ‘Gatotkaca Lahir’

Warga Kota Semarang ramaikan pagelaran wayang orang, Gatutkaca Lahir. Foto: Dok. Fiqi Akhmad Fauzi
Warga Kota Semarang ramaikan pagelaran wayang orang, Gatutkaca Lahir. Foto: Dok. Fiqi Akhmad Fauzi
banner 120x600
banner 468x60

Semarang, Tuturpedia.com – Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Semarang mengadakan Pagelaran Wayang Orang bertajuk “Gatotkaca Lahir” yang diselenggarakan pada Sabtu (02/11/2023) di Kampung Wisata Taman Lele Semarang.

Turut hadir Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso di tengah-tengah keramaian penonton yang hadir.

Wing Wiyarso mengatakan bahwa masyarakat Semarang harus melestarikan budaya yang adiluhung (tinggi mutunya) dengan cara mengadakan pertunjukan wayang.

“Pemerintah Kota Semarang mencoba untuk mengangkat dan melestarikan budaya yang adiluhung dengan menampilkan berbagai pertunjukan seni wayang, sekaligus memperkenalkan kepada anak-anak bahwa kita punya budaya yang luar biasa,” ujar Wing Wiyarso kepada media.

Pak Wing, sapaan akrab Wing Wiyarso, sangat mengapresiasi masyarakat Semarang yang masih mencintai budaya adiluhung ini.

“Ternyata warga Kota Semarang masih mencintai budaya adiluhung, seperti wayang orang,” tutur Pak Wing.

“Wayang orang ini harus kita pertahankan dan harus didampingi supaya bisa mengangkat kota Semarang, seperti Yogyakarta dan Solo,” tambah Pak Wing.

Pak Wing turut memperkenalkan beberapa destinasi wisata yang berada di Kota Semarang, seperti Taman Lele, Kota Lama, dan Lawang Sewu.

“Saat ini, Taman Lele sudah tahap revitalisasi supaya masyarakat Semarang lebih sering mampir ke sini (Taman Lele). Selain itu, banyak destinasi wisata yang masyarakat Semarang wajib kunjungi, seperti Kota Lama, Goa Kreo, dan Lawang Sewu,” ucap Pak Wing.

Salah satu penonton, Emi (39) yang membawa tiga anaknya, turut menyaksikan dan memberikan kesan terhadap pagelaran wayang orang.

“Senang banget, bisa ngajak anak-anak menyaksikan asyiknya nonton wayang dibandingkan bermain gadget di rumah,” kata Emi.

“Saya mengajak anak-anak tidak cuman sekali ini saja, seperti Ngesti Pandowo, lalu setiap malam juga sering nonton wayang di TVRI dari jam 8 sampai jam 10 malam, jadi saya dan anak-anak suka dengan pertunjukan wayang,” lanjut Emi.

Emi berharap agar pertunjukan wayang dapat dipertahankan seperti yang dijanjikan Pak Wing.

“Saya berharap diadakan seperti ini (pagelaran wayang) lagi, seperti yang dikatakan Pak Disbud (Pak Wing) bahwa harus ada pelatihan mulai dari anak-anak hingga remaja dalam pelestarian wayang anak,” tutup Emi.

Sebagai informasi, Pagelaran Wayang Orang diadakan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Semarang dengan pertunjukan Ngesti Pandowo.

Biasanya, pertunjukan Ngesti Pandowo digelar setiap malam minggu di Taman Budaya Raden Saleh Semarang dengan biaya tiket masuk mulai dari Rp30 ribu hingga Rp40 ribu.***

Penulis: CR3

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses