banner 728x250

Kunjungi Sanggar Batik Semarang 16, Yoyok Sukawi Dukung Pelestarian Budaya Batik di Semarang

Calon Wali Kota Semarang, Yoyok Sukawi dan sang istri Swasti Aswagati coba membatik di Sanggar Batik Semarang 16 pada Kamis (17/10/2024). Foto: Dok. Yok Joss
Calon Wali Kota Semarang, Yoyok Sukawi dan sang istri Swasti Aswagati coba membatik di Sanggar Batik Semarang 16 pada Kamis (17/10/2024). Foto: Dok. Yok Joss
banner 120x600

Semarang, Tuturpedia.com – Calon Wali Kota Semarang, Yoyok Sukawi bersama sang istri yaitu Swasti Aswagati mengunjungi Sanggar Batik Semarang 16 pada Kamis (17/10/2024).

Yoyok dalam kunjungannya menjelaskan, kegiatan ini masuk ke dalam program pengembangan perajin dan tempat produksi batik di Semarang yang diprakarsai oleh ayahnya, Sukawi Sutarip.

“Pertama kita melihat semacam review yang dirintis oleh Pak Sukawi dan Bu Sinto dalam hal perkembangan kerajinan batik. Kita melihat proses pembuatan batik dengan teknik print, miring atau teknik tulis dan pembuatan pola batik, serta berdiskusi tentang pemasaran dan pengembangan UMKM dengan pemilik Sanggar Batik Semarang 16,” kata Yoyok.

Ia juga menekankan, pentingnya kerja sama antara pemerintah dan pelaku ekonomi khususnya perajin batik dengan tujuan mengembangkan potensi batik khas Semarang.

“Ada program yang bisa kita kerja samakan, antara lain Semarang Prakerja yang akan ada pelatihan membatik dan promosi produk batik,” lanjutnya.

Yoyok menegaskan, batik Semarangan mesti dilestarikan dan lokasi pengolahannya bisa dijadikan tujuan wisata.

“Menariknya di sini, selain bisa melihat proses pembuatan batik, wisatawan juga bisa membeli produk khas Semarang berupa hasil karya batik itu sendiri. Bahkan, ada motif yang tercipta dengan mengidentifikasi setiap kelurahan di Kota Semarang. Prosesnya terlihat dari awal hingga akhir,” ujar Yoyok.

Selain itu, Yoyok tampak terkesan dengan upaya Sanggar Batik Semarang 16 yang melestarikan batik. Dikatakannya, pemerintah mesti berperan aktif mempromosikan batik khas Semarang, khususnya Batik Semarang 16.

“Sebenarnya ini bisa dikembangkan sebagai wisata edukasi, mempelajari proses pembuatan batik, dari awal desain hingga pewarnaan. Ada pewarna alami, ada pula pewarna kimia. Di sini ada batik tulis, ada juga batik print. Tempat ini sangat menarik, ada juga perumahannya,” tegasnya.

Cattleya Adi Putri Virani selaku pemilik Sanggar Batik Semarang 16 menerangkan, usaha pengolahan dan produksi batik ini bermula pada tahun 2004. Yang berawal dari hobi dari ibunya yang sangat gemari batik.

“Awalnya kami mengadakan pelatihan-pelatihan, kemudian kami mencoba membuat batik sendiri dan partisipasi masyarakat setempat. Kami keluar dari rumah dan mengembangkan situs ini sejak 2016,” jelasnya.

“Ini juga sebagai upaya melestarikan budaya batik itu sendiri,” tutupnya.

Kunjungan ini menunjukkan dedikasi Yoyok Sukawi terhadap pengembangan dan pelestarian budaya batik di Kota Semarang. Terlebih, mendukung pertumbuhan ekonomi lokal lewat UMKM dan Program Prakerja Semarang.***

Kontributor Kota Semarang: Alan Henry Pambuko

Editor: Annisaa Rahmah