Indeks

Krisis Polusi Udara di Asia Selatan Berisiko Memperpendek Usia dan Harapan Hidup

Polusi udara di Asia Selatan berisiko memangkas umur manusia. FOTO: Freepik.com/freepik
Polusi udara di Asia Selatan berisiko memangkas umur manusia. FOTO: Freepik.com/freepik

Tuturpedia.comPolusi udara menjadi momok yang menakutkan akhir-akhir ini. Bukan hanya di Asia Tenggara, masalah ini juga terus berkembang di Asia bagian lainnya, yaitu Asia Selatan.

Rata-rata negara di bagian selatan Asia saat ini menyumbang 75% total beban polusi udara global bersamaan dengan negara Indonesia dan China. 

Tingginya polusi di daerah tersebut membuat para peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa jauh dampak buruk yang akan terjadi.

Mengutip dari Indian Express pada Selasa (5/9/23), sebuah penelitian menunjukkan bahwa manusia yang tinggal di Bangladesh, India, Nepal dan Pakistan dapat mengurangi umur hingga 5 tahun. 

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Chicago dengan judul Indeks Kualitas hidup ini menyatakan jika 4 negara di Asia Selatan tersebut memang sedang mencapai industrialisasi yang pesat dan pertumbuhan penduduk. Kedua faktor inilah yang menyebabkan penurunan kualitas udara di Asia Selatan. 

Dikutip dari Reuters, tingkat polusi partikulat di keempat negara tersebut saat ini 50% lebih tinggi dibandingkan awal abad ini. Hal ini juga memperburuk ancaman kesehatan yang lebih besar. 

Penelitian tersebut juga menyatakan jika Bangladesh merupakan negara dengan polusi terburuk di dunia saat ini.

Penelitian yang menggunakan satelit untuk menghitung dampak polusi tersebut mendapatkan masyarakat Bangladesh akan kehilangan umur 6,8 tahun per orangnya. 

Selain itu India bertanggung jawab atas 59% peningkatan polusi udara sejak 2013 yang lalu. Sebab itu, polusi di sana dapat memperpendek umur di beberapa wilayah dengan polusi terburuk di negara tersebut.

New Delhi yang merupakan wilayah dengan penduduk terpadat ini memiliki polusi udara terburuk di India. Ini berdampak pada berkurangnya rata-rata hidup masyarakat di wilayah tersebut sebanyak 10 tahun. 

World Health Organization (WHO) menyatakan jika PM 2.5 (konsentrasi partikulat) bisa berbahaya untuk paru-paru manusia.

Menurut BMKG, PM 2.5 merupakan partikel udara yang berukuran kecil dari atau sama dengan 2.5 mikrometer. Partikel udara yang seperti ini sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia setiap hari.

Penelitian Universitas Chicago’s Policy Energy (EPIC) menyatakan jika keempat negara Asia Selatan itu dapat mengurangi PM 2.5, maka ancaman perpendekan usia dan harapan hidup akan bisa diminimalisasi.

Perubahan tingkat kesehatan udara ke tingkat yang direkomendasikan oleh WHO dapat meningkatkan rata-rata kehidupan masyarakat di Asia Selatan. Penelitian tersebut menyatakan rata-rata kehidupan di Asia Selatan akan bertambah selama 2,3 tahun atau total 17,8 miliar tahun hidup.

Tentu akan menjadi tantangan besar bagi Asia Selatan yang padat penduduk untuk keluar dari serangan polusi udara tersebut.

Perlu adanya kesadaran penuh dari masyarakat dan pemerintah untuk memperbaiki harapan hidup di Asia bagian selatan tersebut.***

Penulis: Anna Novita Rachim

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version