Tuturpedia.com – Media pemerintahan Korea Utara, KCNA mengonfirmasi jika pemimpin Kim Jong Un telah menyerukan kesiapan militernya untuk melawan berbagai tindakan provokasi yang dilayangkan oleh pihak musuh pada (30/11/2023).
Hal tersebut disebarluaskan ketika Pyongyang berjanji untuk mengerahkan seluruh angkatan bersenjata yang kuat menggunakan senjata baru di daerah perbatasan dengan Korea Selatan.
Untuk meningkatkan kesiapan militernya, KCNA mengabarkan jika Kim Jong Un telah menguji markas besar angkatan udaranya pada hari Kamis lalu, yang bertepatan dengan Hari Penerbangan di Korea Utara.
Dilansir Tuturpedia.com dari laman Alarabiya News (2/12/23), pemimpin negara komunis tersebut juga meluncurkan pedoman strategis untuk meningkatkan kemampuan perang para militernya.
“Dia menetapkan kebijakan operasional dan taktis untuk melawan provokasi militer dan ancaman musuh dengan segera dan kuat,” kata KCNA.
Media pemerintah KCNA juga mengatakan jika Kim memuji angkatan udara dengan mengatakan angkatan militernya telah sepenuhnya siap untuk melaksanakan misi tempur udara mereka dengan sempurna dalam situasi apapun yang tidak menguntungkan.
Peningkatan kesiapan militer di Korea Utara ini terjadi selepas adanya ketegangan di semenanjung Korea yang meningkat sejak Korea Utara bulan lalu meluncurkan satelit mata-mata.
Hal tersebut mendorong Seoul untuk menangguhkan klausul penting dalam perjanjian militer antar-Korea tahun 2018 dan Pyongyang. Hingga Korea Selatan menyatakan bahwa pihaknya tidak lagi terikat oleh perjanjian tersebut.
Dikutip Tuturpedia.com dari laman Reuters (2/12/23), Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengecam keras peluncuran satelit mata-mata pertama Korea Utara sebagai pelanggaran terhadap beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.
Namun Pyongyang mengatakan pihaknya akan meluncurkan lebih banyak satelit, dan menyebutnya sebagai bentuk hak untuk membela diri.
Pada hari Kamis, Amerika Serikat menargetkan Korea Utara dengan sanksi baru atas peluncuran satelit tersebut, dan menunjuk agen-agen asing yang dituduh memfasilitasi penghindaran sanksi.
Korea Selatan juga diketahui telah mengumumkan sanksi terhadap 11 warga Korea Utara yang terlibat dalam peluncuran satelit tersebut.
Ketegangan antar dua negara Korea ini juga mengakibatkan penangguhan tur ke Zona Demiliterisasi (DMZ) antara kedua Korea. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh seorang pejabat pemerintahan Seoul.
Media lokal melaporkan bahwa tentara Korea Utara di Kawasan Keamanan Bersama (JSA) di dalam DMZ mulai membawa senjata api lagi setelah Korea Utara menarik diri dari perjanjian militer antar-Korea.
Tur DMZ telah dimulai kembali minggu lalu, namun tur tersebut terpaksa dihentikan setelah seorang tentara AS, Travis King, melakukan penyeberangan tanpa izin ke Korea Utara saat melakukan tur pada bulan Juli.
Prajurit Travis King kemudian diserahkan kembali oleh Korea Utara dan dikembalikan ke Amerika Serikat, di mana dia menghadapi dakwaan.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah
