Tuturpedia.com – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo telah menyatakan sikap terkait terjadinya konflik di Iran-Israel beberapa hari kebelakang.
Menurutnya, Indonesia berada pada sikap deeskalasi dengan sejumlah negara yang terlibat pertikaian perang di Timur Tengah.
Selain pernyataan sikap terkait konflik global yang terjadi, Jokowi juga memerintahkan Menteri Perekonomian untuk membuat strategi keuangan terbaik agar konflik tersebut tidak berpengaruh pada stabilitas keuangan negara.
Skenario mitigasi terhadap potensi defisit keuangan negara tersebut dilakukan dengan cara menjaga ekspektasi investor dan memperkuat daya saing dan juga investasi jangka panjang di Indonesia.
Sebelumnya, beberapa ekonom di Indonesia menyatakan jika konflik yang terjadi di Timur Tengah ini dapat berpengaruh pada angka inflasi di Indonesia.
“Saat ini kita punya inflasi agak sedikit di atas target, terutama karena inflasi harga pangan bergejolak, terutama harga beras. Dengan adanya kejadian (konflik) Iran-Israel ini, tentunya bergantung pada seberapa jauh harga minyak akan melonjak,” kata Bambang Brodjonegoro, Ekonom dan Menteri Riset dan Teknologi RI periode 2019 -2021, Jakarta, Senin (15/4/24).
Meskipun perkiraan tersebut hingga saat ini belum terjadi, menurutnya ada tiga faktor utama baik dari internal maupun eksternal yang juga akan meningkatkan kemungkinan angka inflasi naik di tengah konflik Timur Tengah.
Ketiga faktor tersebut adalah adanya peningkatan inflasi harga pangan, inflasi pada harga barang yang diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM) serta liquefied petroleum gas (LPG), dan inflasi yang berasal dari luar negeri atau imported inflation yang disebabkan kenaikan harga-harga di luar negeri.
Namun, menurut Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat ini Indonesia masih cukup kuat untuk meredam dampak dari eskalasi konflik di Timur Tengah.
Selain itu, menurutnya pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5 persen dengan inflasi yang terkendali. Hingga Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus serta menopang Cadangan Devisa yang pada posisi terakhir pada Maret 2024 tercatat masih kuat.
Selain itu, Bank Indonesia juga turut menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di pasar di tengah konflik global yang terjadi. Pihak BI juga memastikan pihaknya terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai rupiah.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda