Tuturpedia.com – Jaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel yang saat ini masih memanas, Menkeu Sri Mulyani Indrawati siapkan strategi ini.
Dikutip Tuturpedia.com dari akun Instagram @smindrawati pada Minggu (21/4/2024), mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan akan menjaga stabilitas ekonomi makro baik dari sisi moneter dan fiskal.
Wanita kelahiran 26 Agustus 1962 ini akan memastikan APBN berperan sebagai shock absorber yang efektif dan kredibel dari sisi fiskal.
“Stabilitas ekonomi makro akan senantiasa dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) terus dilakukan untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada. Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” kata Sri Mulyani.
Ia memprediksi, situasi global yang sedang terjadi saat ini pasti menimbulkan dampak pada perekonomian Indonesia, khususnya pada nilai tukar rupiah.
Konflik Timur Tengah terhadap nilai tukar rupiah ini akan berdampak pada sektor ekspor maupun impor. Pada sektor impor, dengan nilai tukar dolar yang menguat tentu penerimaan akan jauh lebih baik.
Namun, berbeda halnya dengan sektor impor ketika konversi dolar terhadap rupiah akan lebih tinggi sehingga besar kemungkinan berdampak inflasi di Indonesia.
Namun Sri Mulyani memastikan pemerintah akan terus waspada serta menyiapkan strategi antisipasi terhadap perubahan kondisi saat ini.
Dengan tegas, dia menyebut Indonesia akan tetap resilien dan tetap tangguh ke depannya. Hal tersebut dikarenakan sebelumnya Indonesia sudah berhasil melalui krisis pandemi beberapa tahun lalu.
“Saya yakin Indonesia akan tetap resilien dalam situasi ini,” ujar Sri Mulyani.
Ia memastikan didukung oleh sisi ekspor yang kuat, apalagi neraca perdagangan yang surplus dapat membuat ekonomi Indonesia tetap terjaga sesuai target.
“Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus,” ungkapnya.
Tak hanya Menteri Keuangan saja yang berupaya menjaga nilai tukar rupiah, Bank Indonesia juga turut mengambil peran dalam menjaga kestabilan rupiah agar terjaga di tengah dampak ketidakpastian penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR).
“Kami terus memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan,” kata Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia.
Untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia, BI akan melakukan pengelolaan aliran portofolio asing yang ramah pasar.
Adapun upaya ini meliputi operasi moneter yang promarket dan terintegrasi dengan pasar uang. Perry mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia termasuk dalam salah satu pasar negara berkembang yang mana memiliki kekuatan dalam mengatasi dampak yang diakibatkan oleh perubahan suku bunga Fed dan meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah.
Karenanya, ekonomi Indonesia bisa tetap solid berkat kebijakan moneter serta fiskal yang cermat dan koordinasi yang erat.***
Penulis: Niawati
Editor: Nurul Huda