Jateng, Tuturpedia.com – Bupati Blora, Arief Rohman menghadiri acara haul Eyang Dipojoedo di Desa Tambaksari, Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada Minggu (25/2/2024).
Di sana, Arief Rohman sepakat untuk diadakan haul Eyang Dipojoedo setiap tahunnya.
Tentunya apa yang disampaikan oleh orang nomor satu di kota dengan julukan penghasil minyak dan jati ini bukan tanpa alasan, karena hal itu dalam rangka mendoakan dan mengenang kembali perjuangan Eyang Dipojoedo.
“Sehingga sebagai generasi penerus, para cucu, dapat mengambil hikmah akan kehidupan yang semua tentunya akan melaluinya,” ucap Arief Rohman.
Tak hanya itu, pihaknya juga menceritakan kembali dengan digelarnya haul Eyang Dipojoedo ini juga menjadi ajang silaturahmi antarkeluarga, yang nantinya akan terus bisa dilanjutkan.
“Dan menjadi contoh untuk kita semuanya. Sekali lagi, Pemerintah Kabupaten Blora menyampaikan apresiasi atas perjuangan Eyang Dipojoedo, semoga dicatat menjadi amal jariah, amal kebaikan, dan khusnul khatimah,” ungkapnya.
Perlu diketahui bahwasanya Pangeran Dipojoedo yang dikenal dengan eyang atau Mbah Dipojoedo, menurut keterangan yang diperoleh, sering berpakaian khas kejawen dengan memakai iket (belangkon), berbaju hitam, bersarung wulung, dan memakai gamparan atau bakiak walau sedang bepergian jauh.
Eyang Dipojoedo sering kali dimintai petunjuk dan nasihat. Namun, menurut informasinya, Mbah Dipojoedo lebih senang hidup berbaur dengan masyarakat biasa.
Sehingga dengan kepribadian tersebut, banyak masyarakat ingin memperoleh nasihat darinya.
Eyang Dipojoedo juga bergaul dengan semua lapisan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras maupun status sosial dan kelompok moral apa pun.
Eyang Dipojoedo ialah seorang putra dari Pangeran Surobahu Abdurrohim atau dikenal dengan Sunan Pojok. Yaitu Manggalayuda Perang Kerajaan Mataram pada masa Sultan Agung Hanyokrokusumo.
Yang mana, suatu ketika Pangeran Surobahu Abdurrohim ditugaskan oleh sang Prabu untuk memadamkan kerusuhan di wilayah Kadipaten Tuban, namun saat kembali ke Blora ia sakit lalu wafat dan dimakamkan di Dukuh Pojok Buluroto Banjarejo.
Kemudian pada akhirnya makamnya dipindahkan di komplek makam selatan Alun-Alun Kota Blora hingga saat ini.
Sunan Pojok sendiri diyakini seorang waliyullah dan dihauli setiap tahunnya. Sehingga masyarakat Blora dan sekitarnya sudah tidak asing lagi dengan Sunan Pojok.
Sunan Pojok memiliki tiga orang putra, di antaranya adalah Pangeran Djojodipo, Pangeran Kleco, dan Pangeran Dipojoedo.
Eyang Djojodipo yang dahulu sempat menjadi Bupati Blora, dimakamkan di komplek makam selatan Alun-Alun Kota Blora.
Kemudian Pangeran Kleco yang sebelumnya Bupati Kudus, dimakamkan di komplek makam Sunan Kudus dan Pangeran Dipojoedo di makam keluarga Desa Tambaksari Blora.
Pangeran Dipojoedo memiliki dua orang putra, yaitu Pangeran Ongkowidjojo dan Pangeran Soetowidjojo. Letak makam Pangeran Ongkowidjojo berada di komplek makam Dukuh Ngawen, Desa Tambaksari.
Sedangkan Pangeran Soetowidjojo makamnya juga berlokasi di makam keluarga Desa Tambaksari.
Adapun keturunan dari Pangeran Ongkowidjojo banyak yang tinggal di Desa Keser dan Desa Sitirejo. Kemudian trah Pangeran Soetowidjojo banyak yang tinggal di Desa Tambaksari.***
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro
Editor: Annisaa Rahmah