Indeks

Kenalkan Film Dokumenter ke Anak Muda, Santrendelik Adakan Workshop

Shanty Ruwyastuti, narasumber workshop film dokumenter yang diadakan di Santrendelik. Foto: Dok. Rizal Akbar
Shanty Ruwyastuti, narasumber workshop film dokumenter yang diadakan di Santrendelik. Foto: Dok. Rizal Akbar

Semarang, Tuturpedia.com – Santrendelik sukses menggelar kegiatan workshop film dokumenter pada hari Sabtu, 2 Desember 2023.

Dalam kegiatan tersebut, Santrendelik menghadirkan perintis program dokumenter Metro TV dan Eagle Documentary Competition, Shanty Ruwyastuti.

Workshop ini membahas berbagai aspek penting seputar pembuatan film dokumenter, mulai dari pengolahan ide, metode riset, hingga proses produksi.

Pada materinya, Shanty Ruwyastuti menyampaikan bahwa dalam proses pembuatan film dokumenter, ada beberapa tahap yang perlu dilakukan.

“Dalam proses pembuatan film dokumenter, Director harus memperhatikan beberapa tahap pra-produksi, produksi, dan pasca produksi,” ungkap Shanty.

Selain itu, Shanty juga menyebutkan bahwa narasumber dalam film dokumenter memiliki peran yang sangat penting.

“Kalau dalam film dokumenter, keunikan narasumber menjadi sangat penting karena berbeda dengan film fiksi, sebab film dokumenter, utamanya di Indonesia memberikan penekanan pada tutur narasumber,” jelas Shanty.

“Sebagaimana kita tahu, orang Indonesia memang lebih mengedepankan budaya tutur,” tambahnya.

Lebih lanjut, Shanty mencontohkan film dokumenter buatannya saat kuliah yang bercerita tentang kehidupan suku Baduy.

“Dulu pas tugas akhir kuliah saya ambil keputusan untuk buat dokumenter tentang suku Baduy dalam dan Baduy luar,” kata Shanty.

Dia menjelaskan akses pada narasumber merupakan hal yang penting. Sebab, hanya bisa mengetahui suku ini harus melalui tutur narasumber dan tidak boleh merekam saat berada di kawasan Suku Baduy.

Contoh lain yang ia sampaikan adalah salah satu film yang ikut serta dalam kegiatan Eagle Documentary Competition berjudul ‘Suster Apung.’

“Ada juga salah satu peserta Eagle Documentary Competition judulnya Suster Apung itu juga menarik karena narasumbernya bagus dan pandai bertutur,” ucapnya.

Di akhir materi, Shanty mengajak para peserta yang hadir untuk berani mencoba menonton film dokumenter dengan harapan di masa depan ada peserta yang terpantik untuk membuat film dokumenter sendiri.

“Maka dari itu, saya mengajak temen-temen semua mulai nonton dulu aja deh film dokumenter, baru setelah itu nanti bisa buat film dokumenter sendiri,” tutupnya.

Respons Peserta Workshop Film Dokumenter

Kegiatan workshop film dokumenter yang diadakan Santrendelik menuai respons positif dari para peserta.

Berdasarkan pantauan Tuturpedia.com, kegiatan ini dihadiri lebih dari 30 orang peserta yang tampak antusias ingin belajar seputar film dokumenter.

Ilham Fanani (23) salah satu peserta Workshop menyampaikan kegiatan ini sangat menarik baginya.

“Menurut saya kegiatan ini sangat menarik ya, apalagi untuk saya yang awam dan baru pertama kali tahu tentang dunia jurnalistik dan pembuatan film dokumenter,” ungkapnya.

Ilham, peserta workshop film dokumenter di Santrendelik. Foto: Dok. Rizal Akbar

Pria yang kerap disapa Ilham tersebut menyampaikan, workshop ini menambah banyak pengetahuan baru baginya seputar proses pembuatan film dokumenter.

“Walaupun saya sudah punya interest dalam editing video maupun shooting tapi dalam kegiatan ini lebih membuka perspektif saya tentang film dokumenter,” kata Ilham.

Lebih lanjut, saat ditanyai mengenai tindak lanjut kegiatan ini, Ilham menyebutkan bahwa ia terpantik untuk membuat film dokumenter.

“Setelah ikut workshop ini saya terpantik untuk bikin film dokumenter juga, kebetulan saya sering jadi volunteer di berbagai kegiatan, jadi sepertinya menarik kalau kegiatan itu saya buat film dokumenter,” tutup Ilham.

Tindak Lanjut Usai Ikuti Workshop Film Dokumenter

Ayunda (26) selalu panitia kegiatan menyampaikan kegiatan Workshop film dokumenter ini adalah bagian dari kerjasama Santrendelik dengan Shanty Ruwyastuti.

“Kegiatan ini memang inisiatif dari mbak Shanty yang kemudian disambut baik oleh Santrendelik,” kata Ayunda kepada Tuturpedia.com

Ayunda menjelaskan, selain mengadakan kajian rutin, Santrendelik juga memang seringkali mengadakan kegiatan olahraga dan bahkan kegiatan untuk mengembangkan lifeskill.

“Santrendelik sendiri kan memang sering mengadakan kegiatan rutin ya mas, kalau malam Jum’at ada kajian nongkrong tobat, lalu malam Rabu ada nongkong sehat yang biasanya main badminton, sama hari Sabtu ini kan sering ada kegiatan juga jadi kami masih coba cari nama yang pas, apakah nongkrong pintar atau yang lainnya,” tutur Ayunda.

Lebih lanjut Ayunda menyampaikan sebelumnya, Santrendelik juga sudah berencana mengadakan kegiatan lomba film dokumenter, tetapi ada beberapa hal yang perlu dilakukan seperti mengadakan workshop semacam ini dan membentuk komunitas.

“Sebelumnya memang sudah ada niatan untuk buat lomba film dokumenter, tapi ya harus ada kegiatan untuk mengawalinya dulu seperti membuat workshop semacam ini dan mewadahi peserta dalam komunitas khusus,” tutupnya Ayunda.

Sebagai informasi, Santrendelik akan mengadakan kegiatan lomba film dokumenter pada Desember 2023 ini.

Lomba ini menawarkan lima tema khusus yang dapat dikembangkan peserta, yakni Kreativitas anak muda Jawa Tengah, Politik di mata anak muda, Perspektif anak muda tentang seni dan budaya, Tantangan dan kelola UMKM Jawa Tengah, serta Serba-serbi keunikan Kota di Jawa Tengah.

Lomba ini dimulai sejak 2 Desember dan pengumpulan terakhir pada 15 Desember 2023.

Bagi Tuturpedians yang berminat dapat langsung melihat syarat dan ketentuan serta teknis lomba di Instagram resmi Santrendelik di @santrendelik.***

Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar

Editor: Nurul Huda

Exit mobile version