Tuturpedia.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) semakin marak menjangkit masyarakat di tengah peralihan musim, dari musim hujan ke musim kemarau.
DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti diketahui merupakan nyamuk yang paling cepat pertumbuhannya di dunia.
Kemenkes RI mengatakan cuaca panas dan genangan air yang ditimbulkan karena hujan memperbanyak tempat perkembangbiakan berbagai jenis nyamuk (breeding place).
Apalagi pada 2024 ini Indonesia dilanda suhu cuaca cenderung lebih panas dibanding tahun sebelumnya, tingkat curah hujan terbilang cukup tinggi.
“Otomatis sarang nyamuknya makin banyak, nyamuknya tambah banyak dan semakin ganas,” kata Imran Pambudi, Jakarta, Jumat (22/3/24).
Bukan hanya itu, faktor pemanasan global, termasuk El Nino yang belakangan ini melanda Indonesia memicu kemunculan dengue di tengah masyarakat.
“Karena ada El Nino pergeseran dari musim kemarau yang memanjang menjadi musim hujan, makanya demam berdarah terjadi peningkatan,” kata Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Jakarta, Jumat (22/3/24).
Kasus DBD meningkat dua kali lipat pada Maret 2024
Laju kasus dengue di Indonesia dicatat oleh Kemenkes RI meningkat dua kali lipat lebih pada Maret 2024. Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan kasus DBD setahun sebelumnya.
Menurut data Kemenkes RI, kasus DBD meningkat dari yang awalnya 15 ribu kasus di tahun kemarin, menjadi 35 ribu kasus pada tahun ini.
Peningkatan kasus DBD sudah dimulai sejak akhir Februari 2024 yang semula berkisar 15.977 kasus. Terdapat lima kabupaten/kota dengan laju kasus tertinggi dilaporkan dari Tangerang, Bandung Barat, Kota Kendari, Subang, dan Lebak.
Selain itu, kasus kematian akibat DBD juga meningkat pada tahun 2024 ini, yaitu sebanyak 124 kasus.
“Angka kematian juga meningkat, tapi memang tidak sebesar peningkatan kasus dengue,” kata Nadia. .
Melihat meningkatnya kasus DBD di beberapa wilayah, Kemenkes RI menyarankan kepada masyarakat untuk menjadikan langkah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai kebiasaan dalam menjalankan hidup sehat dan bersih. Setiap tempat yang menampung air harus dipastikan bebas dari jentik nyamuk dan tidak keruh.
Masyarakat juga diimbau untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan krim anti nyamuk, baju lengan panjang, atau kelambu saat tidur.****
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda













