Tuturpedia.com – Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbie menyebut Gus Miftah gagal paham soal aturan speaker masjid yang diumumkan Kemenag.
Aturan dalam surat edaran (SE) Menag (Menteri Agama) Nomor 1 Tahun 2024 itu melarang menggunakan pengeras suara luar saat tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadan.
Menurut Anna, Gus Miftah asal bunyi (asbun) terhadap surat edaran soal speaker masjid lantaran membandingkan penggunaan speaker dengan dangdutan yang disebutnya tidak dilarang, bahkan hingga jam 1 pagi.
“Gus Miftah tampak asbun dan gagal paham terhadap surat edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musala. Karena asbun dan tidak paham, apa yang disampaikan juga serampangan, tidak tepat,” kata Anna dikutip Tuturpedia dari laman Kemenag, Selasa (12/3/2024).
Anna menyayangkan tindakan Gus Miftah yang dinilainya provokatif. Apalagi diketahui Gus Miftah adalah seorang penceramah yang banyak dikenal publik.
“Sebagai penceramah, biar tidak asbun dan provokatif, baiknya Gus Miftah pahami dulu edarannya. Kalau enggak paham juga, bisa nanya agar mendapat penjelasan yang tepat. Apalagi membandingkannya dengan dangdutan, itu jelas tidak tepat dan salah kaprah,” sambung Anna.
Aturan terkait penggunaan pengeras suara selama Ramadan tersebut termuat dalam SE Menag Nomor 1 Tahun 2024 tentang “Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.”
Selain SE tersebut, Kementerian Agama pada 18 Februari 2022 juga menerbitkan Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala. Edaran ini bertujuan mewujudkan ketenteraman, ketertiban, dan kenyamanan bersama dalam syiar di tengah masyarakat yang beragam, baik agama, keyakinan, latar belakang, dan lainnya.
Edaran ini mengatur tentang penggunaan pengeras suara dalam dan pengeras suara luar. Salah satu poin edaran tersebut mengatur agar penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan, baik dalam pelaksanaan salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarus Al-Qur’an menggunakan pengeras suara dalam.
“Edaran ini tidak melarang menggunakan pengeras suara. Silakan tadarus Al-Qur’an menggunakan pengeras suara untuk jalannya syiar. Untuk kenyamanan bersama, pengeras suara yang digunakan cukup menggunakan speaker dalam,” tegas Anna Hasbie.
Tata Cara Penggunaan Pengeras Suara Sesuai Aturan Kemenag
Sesuai aturan Kemenag yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022, berikut adalah tata cara penggunaan pengeras suara atau speaker masjid saat memasuki waktu salat:
1. Subuh:
a) Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) menit.
b) Pelaksanaan salat Subuh, zikir, doa, dan kuliah Subuh menggunakan pengeras suara dalam.
2. Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya:
a) Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) menit.
b) Sesudah azan dikumandangkan, yang digunakan pengeras suara dalam.
3. Jumat:
a) Sebelum azan pada waktunya, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim dapat menggunakan pengeras suara luar dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) menit.
b) Penyampaian pengumuman mengenai petugas Jumat, hasil infak sedekah, pelaksanaan khotbah Jumat, salat, zikir, dan doa, menggunakan pengeras suara dalam.***
Penulis: Angghi Novita.
Editor: Annisaa Rahmah.