banner 728x250
Budaya  

Kebumen Kini Punya Geopark UNESCO Kedua di Jawa Tengah, Apa Manfaatnya?

Pantai Menganti, contoh keunikan geologi dari Geopark Kebumen. Foto: instagram.com/mengantikebumen
Pantai Menganti, contoh keunikan geologi dari Geopark Kebumen. Foto: instagram.com/mengantikebumen
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Status Geopark Kebumen sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp) tinggal menunggu hari peresmian dari UNESCO, organisasi turunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang kerja sama pendidikan, sains, dan budaya

Kabar membanggakan tersebut disampaikan oleh General Manager Badan Pengelola Geopark Kebumen, Sigit Tri Prabowo, yang dikutip Tuturpedia pada Sabtu (26/10/2024) dari situs resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 

Keputusan dibuat setelah seluruh anggota dewan UGGp yang terdiri dari 11 negara setuju memberikan rekomendasi bagi Geopark Kebumen dalam forum di Cao Bang, Vietnam, pada Jumat, 9 Agustus 2024.

Salah satu tahap yang dipenuhi adalah evaluasi langsung ke lokasi oleh dua asesor dari UGGp pada 20-25 Juli 2024. 

Penetapan resmi terhadap geopark yang berlokasi di Kabupaten Kebumen ini kemudian akan dilakukan pada awal tahun 2025. 

Geopark sendiri adalah kawasan konservasi terhadap diversitas dalam geologi (geodiversity) yang bersinergi dengan keanekaragam hayati serta warisan budaya. Sementara UGGp merupakan jaringan geopark internasional yang dinilai memiliki situs geologi yang penting bagi dunia.

Dengan total 213 geopark dari 48 negara, UGGp dikelola secara berkelanjutan sesuai dengan standar yang diberlakukan UNESCO.

Geopark Kebumen, dituturkan oleh Sigit, tediri dari situs geologi (geosite), budaya, kerajinan, dan ekonomi rakyat. Geosite dalam Geopark Kebumen terbentuk melalui aktivitas gunung api purba, di antaranya Watukelir yang menampilkan formasi batuan unik dari lava serta Pantai Menganti.

Pantai yang menghadap Samudra Hindia tersebut memiliki batuan columnar joint atau batuan segi enam menyerupai sarang lebah yang terbentuk melalui proses alami dari lava meskipun terlihat seperti pahatan manusia

Geopark juga dinilai dari keberadaan situs budaya seperti Benteng Van der Wijck di Kecamatan Gombong. Berbentuk segi delapan, benteng dari zaman Belanda ini pernah tampil di layar lebar sebagai lokasi syuting dari film The Raid 2: Berandal. Situs budaya lainnya adalah Rumah Martha Tilaar, rumah berarsitektur kolonial di Pecinan Gombong yang merupakan rumah kelahiran pengusaha kosmetik dan jamu, Martha Tilaar. 

Sementara sektor ekonomi dan kerajinan rakyat yang dipengaruhi oleh kondisi alam diwakili oleh kehadiran industri anyaman daun pandan di Kecamatan Karanganyar, pabrik Genteng Sokka, hingga industri gerabah yang memiliki museumnya sendiri di Kecamatan Kutowinangun. 

Pengakuan internasional tentunya akan membantu promosi Geopark Kebumen ke tingkat dunia yang dapat menarik kedatangan wisatawan mancanegara. Ambil contoh pemilihan Geopark Kebumen sebagai tuan rumah International Geotourism, International Festival & Conference pada Mei 2025 mendatang.

Status bergengsi tersebut juga diharapkan menumbuhkan kesadaran khususnya bagi masyarakat setempat dan Indonesia secara luas akan pentingnya menjaga keunikan yang terkumpul di geopark. Terlebih status UGGp hanya berumur 4 tahun dan akan dievaluasi untuk memperpanjang periodenya.  Apabila tidak lagi memenuhi kriteria, bukan tidak mungkin status tersebut akan dicabut. 

Bagi Provinsi Jawa Tengah, Geopark Kebumen menjadi UGGp kedua setelah Geopark Gunung Sewu yang sebagian terletak di Kabupaten Wonogiri terdaftar sejak tahun 2015. Sementara bagi Indonesia, Geopark Kebumen akan jadi yang kesebelas. 

Selain dua geopark tersebut, geopark kelas dunia lainnya yang dimiliki Indonesia beserta urutan tahun penetapanya ialah Batur (2012) di Bali, Gunung Rinjani (2018) di Nusa Tenggara Barat, Ciletuh (2018) di Jawa Barat, Belitung (2020) di Bangka Belitung, Kaldera Danau Toba (2020) di Sumatra Utara, Ijen (2023) di Jawa Timur, Maros Pangkep (2023) di Sulawesi Selatan, Merangin Jambi (2023) di Jambi, dan Raja Ampat (2023) di Papua Barat.***

Penulis: Fadillah Wiyoto

Editor: Annisaa Rahmah