Indeks
News  

Kebijakan Pembayaran UKT Melalui Pinjaman Online Tuai Aksi Protes Mahasiswa ITB

Mahasiswa ITB lakukan aksi protes di Jalan Tamansari. Foto: Instagram Stories @km.itb
Mahasiswa ITB lakukan aksi protes di Jalan Tamansari. Foto: Instagram Stories @km.itb

Tuturpedia.com – Ratusan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan aksi protes di Gedung Rektorat kampus ITB di Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Senin (29/1/2024). 

Mereka mengecam kebijakan kampus terkait skema pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) yang melibatkan proses mencicil melalui aplikasi pinjaman online (pinjol). 

Yogi Syahputra, Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, mengungkapkan bahwa demonstrasi ini adalah ekspresi kekecewaan mahasiswa terhadap kebijakan kampus yang dianggap sangat merugikan.

Mahasiswa menolak tawaran kampus terkait skema cicilan melalui pinjol untuk melunasi UKT yang dianggap memberatkan. 

“Aksi demo yang kami lakukan karena sampai hari ini kami mengusahakan sebelumnya untuk komunikasi secara baik-baik dengan Ibu Rektor terkait mahasiswa ITB yang terancam tidak bisa kuliah dan memiliki tunggakan,” ucap Yogi, Senin (29/1/2024).

Namun, kampus memberikan solusi dalam bentuk pinjaman kepada mahasiswa dengan syarat membayar Rp12,5 juta dan mengangsur selama 12 bulan dengan total pembayaran mencapai Rp15,5 juta. 

Hal ini dianggap sangat memberatkan mahasiswa, dengan persentase kenaikan sekitar 20 persen.

Akibat besaran UKT yang tinggi di ITB, Yogi menyebutkan bahwa ratusan mahasiswa menghadapi kesulitan untuk melunasi biaya tersebut dan berisiko terhenti dalam melanjutkan studi. 

“Total mahasiswa di awal itu ada 137 mahasiswa terancam tidak bisa mengikuti kuliah pada semester selanjutnya, namun hingga hari ini kami juga mengupayakan berbagai bantuan dari alumni masih tersisa 93 mahasiswa yang masih terancam tidak bisa kuliah,” tambahnya.

Selain itu, kampus juga memaksa mahasiswa yang tidak mampu membayar UKT untuk mengambil cuti, meskipun tetap diwajibkan membayar 25-50% biaya UKT, yang dianggap sebagai kebijakan yang tidak masuk akal oleh mahasiswa.

Yogi menyampaikan bahwa mahasiswa tidak menolak untuk membayar UKT, tetapi mereka kesulitan karena besaran biaya tersebut terlalu tinggi dan memberatkan ekonomi keluarga. 

“Mengapa mahasiswa sampai menunggak, tapi bukan tidak mau bayar. Dari pihak mahasiswa keberatan dengan UKT yang ditetapkan yakni Rp12,5 juta sedangkan banyak orang tua mahasiswa yang gajinya UMR, orang tua pekerjaannya hanya buruh, mereka mengajukan keringanan tapi dari ITB menutup akses tersebut,” tutur Yogi.

Mahasiswa ITB turun ke jalanan karena menginginkan pihak rektorat mengambil keputusan yang cerdas dalam menanggapi permasalahan ini. 

Mereka meminta solusi konkret yang adil bagi seluruh mahasiswa. Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan empat tuntutan, antara lain:

  • Memaksimalkan sumber (beasiswa) dan skema (keringanan dan cicilan UKT) penyelenggaraan dana lainnya yang tidak memberatkan mahasiswa.
  • Menyelenggarakan kebijakan yang transparan dan berkeadilan.
  • Menghapus opsi penyelenggaraan dana berupa pinjaman online berbunga.
  • Menjamin seluruh mahasiswa ITB untuk dapat mengisi FRS dan men-download KSM.***

Penulis: Muhamad Rifki

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version