banner 728x250
Sports  

Kalah Hype Dibandingkan Piala Dunia dan EURO, Pemain dan Pelatih Nilai Piala Afrika 2023 Tak Dapat Respek yang Semestinya

Kalah hype dengan Piala Dunia dan EURO, Piala Afrika tak dapat respek yang semestinya. Foto: x.com/NGSuperEagles
Kalah hype dengan Piala Dunia dan EURO, Piala Afrika tak dapat respek yang semestinya. Foto: x.com/NGSuperEagles
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Turnamen Piala Afrika 2023 telah bergulir sejak Sabtu, 13 Januari 2024 lalu dan dijadwalkan akan berakhir pada Minggu, 11 Februari 2024 nanti.

Tak hanya mempertemukan 24 negara yang bersaing menjadi juara Benua Ibu, Piala Afrika 2023 juga menjadi ajang bagi sederet pemain top dunia untuk menunjukkan taji mereka bersama timnas masing-masing.

Sederet bintang Afrika yang tampil di turnamen Piala Afrika kali ini termasuk Mohamed Salah, Sadio Mane, Victor Osimhen, dan Riyad Mahrez.

Meski demikian, tampaknya atensi yang diberikan bagi Piala Afrika 2023 di luar Benua Afrika tak setinggi yang semestinya.

Faktor yang dinilai jadi alasan di balik rendahnya antusiasme terhadap Piala Afrika 2023 adalah jadwal pelaksanaan turnamen. Pasalnya, tanggalnya bertabrakan dengan jadwal liga top Eropa: Premier League di Inggris, LaLiga di Spanyol, Serie A di Italia, Ligue 1 di Prancis, dan Bundesliga di Jerman.

Maka dari itu, pemberitaan Piala Afrika 2023 pun kalah saing dengan berita liga-liga Eropa. 

Padahal, hingga artikel ini ditulis pada Rabu (24/1/2024), tak satu pun laga yang telah bergulir di Piala Afrika sejauh ini berjalan membosankan. Buktinya, tak ada satu pun laga yang berakhir dengan hasil imbang tanpa gol.

Selain penampilan para bintang Afrika yang menjalani karier sukses di Eropa, Piala Afrika 2023 juga diwarnai dengan energi dan antusiasme luar biasa di dalam maupun luar stadion.

Hanya saja, atensi yang diperoleh Piala Afrika 2023 masih di bawah Piala Dunia ataupun EURO. 

Lebih parahnya lagi, para pemain dan pelatih yang mengemban tanggung jawab menjaga kehormatan timnas di ajang ini juga beranggapan bahwa mereka tidak mendapatkan respek yang semestinya.

“(Piala Afrika 2023) adalah turnamen yang fantastis, turnamen top dikelola di negara yang indah, dengan infrastruktur top dan para pemain top. Orang-orang pergi ke stadion di Manchester atau Liverpool untuk melihat para pemain ini tampil. Namun mengapa kita tidak menyiarkannya ke seluruh Eropa di TV? Menurut saya itulah di mana respek bermula,” tutur pelatih Gambia, Tom Saintfiet.

Bahkan, sudah jadi rahasia umum bahwa para pelatih dan klub di liga-liga Eropa sering meminta para pemain Afrika mereka untuk menolak panggilan dari timnas.

Pelatih Bayern Munich, Thomas Tuchel, telah meminta timnas Maroko untuk tidak memainkan Noussair Mazraoui hingga akhir fase grup karena takut sang pemain cedera.

Andre Onana bahkan memilih untuk tampil bersama MU satu hari sebelum pertandingan pertama Kamerun kontra Guinea. Meskipun ia langsung terbang ke Pantai Gading, kiper berusia 27 tahun itu tetap melewatkan pertandingan tersebut.

Tak hanya itu saja, Presiden Federasi Sepak Bola Cape Verde juga mengkritik habis-habisan Portimonense karena diduga mendesak Helio Varela agar tidak tampil di ajang Piala Afrika 2023.

Padahal, Cape Verde menjadi tim pertama yang mendapatkan tiket ke babak 16 besar.

“Para pelatih Eropa tidak tahu apa pun tentang sepak bola Afrika,” kritik Saintfiet.

Pelatih Gambia tersebut juga menambahkan bahwa ia menilai pelatih Eropa masih mengira sepak bola di Afrika dimainkan dengan fasilitas buruk. Padahal, Afrika merupakan benua yang maju.

“Eropa harus membuka mata mereka,” tambahnya.

“Tapi (stasiun) TV juga harus membuka mata mereka. Ini adalah turnamen besar yang pantas mendapatkan respek, tak hanya dari klub atau pelatih, tapi juga dari media,” lanjutnya.

Sentimen serupa juga disampaikan pemain yang tampil di ajang Piala Afrika, terutama soal semangat mereka untuk membela negara masing-masing dan rasa bangga yang mereka alami kala mengenakan jersey timnas.

Kiper Ghana, Richard Ofori, mengungkapkan bahwa apa yang orang-orang pikirkan tentang Piala Afrika sama sekali bukan masalah selama masyarakat Afrika merasa bangga.

“Kita harus mendukung (Piala Afrika) sebagai orang Afrika dan kemudian kita tingkatkan permainan kita dan kemudian kita pastikan turnamen kita berjalan sukses dan indah. Itulah yang paling penting,” ujar Ofori.

“Apa yang negara Eropa pikirkan atau apa pun yang mereka tunjukkan atau lakukan atau apa pun, bukan masalah kita. Yang jadi isu bagi masyarakat Afrika adalah fokus pada pertandingan kita,” ucapnya.

Sadio Mane juga menyebutkan bahwa fokus media barat cenderung condong ke liga-liga besar Eropa sehingga banyak penggemar yang melewatkan turnamen di luar Eropa.

Rekan setim Mane dan kapten Senegal, Kalidou Koulibaly, menegaskan bahwa tampil bersama timnas merupakan hal yang sangat spesial. Menurutnya, pemain Afrika perlu lebih banyak membahas soal pentingnya tampil di Piala Afrika.

“Saya tidak paham mengapa beberapa orang dan pemain lebih menghormati klub daripada timnas. Tapi Anda tahulah, Eropa tidaklah sama,” ungkap Koulibaly.

“Terkadang ada pelatih yang tidak ingin saya berangkat ke Piala Afrika, tapi saya selalu menentang mereka. Ini adalah pilihan saya, pilihan saya adalah tampil untuk negara saya. Kalau mereka tidak suka, saya akan cari klub lain yang menghormati negara saya dan menghormati seluruh kerja keras yang saya lakukan,” tegasnya.***

Penulis: K Safira

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses