Tuturpedia.com – Motaz Azaiza, seorang freelance jurnalis foto Palestina yang rajin mendokumentasikan kehidupan di Gaza selama genosida di Gaza sejak 7 Oktober, telah meninggalkan Jalur Gaza.
Motaz Hilal Azaiza lahir dan besar di Kamp Pengungsi Deir al-Balah di Gaza. Motaz lulusan jurusan Sastra dan Bahasa Inggris di Universitas Al-Azhar Gaza pada 2021.
Sama seperti ribuan lulusan lainnya, Motaz juga berjuang mencari inspirasi setelah lulus, karena tingginya angka pengangguran di Gaza.
Sebab kesukaannya dengan fotografi, Motaz awalnya membuka laman Instagram untuk memotret kehidupan sehari-hari di Gaza. Lambat laun, halaman pribadinya ini mendapatkan perhatian yang besar.
Dikutip dari laman The New Arab, Selasa (23/1/24) Motaz akhirnya mulai meliput agresi Israel pada 2014 dan berlanjut hingga sekarang. Di 2024 pun Motaz sempat mendapatkan TRT Worlds Citizens Award dengan nominasi Communicator Award.
Namun, perjalanannya menjadi fotografer di Jalur Gaza harus terhenti pada Selasa (23/1) ini. Dalam video yang diunggahnya di Instagram, Motaz mengatakan jika keputusannya untuk dievakuasi ini dikarenakan beberapa alasan yang mungkin sudah diketahui khalayak luas.
“Saya harus mengungsi karena banyak alasan, Anda semua tahu sebagian tapi tidak semuanya. Terima kasih semua. Berdoalah untuk Gaza.” tulisnya.
Evakuasi Motaz dari Jalur Gaza terjadi setelah bekerja yang berlangsung selama 109 hari agresi terhadap Gaza.
Selama di Jalur Gaza, ia mendokumentasikan agresi pendudukan terhadap Jalur Gaza yang terkepung dengan menerbitkan klip video, beberapa di antaranya dalam bahasa Inggris.
Dikutip dari laman Ammon News, Selasa (23/1/24) selama meliput di Jalur Gaza, Motaz Azaiza menerima banyak ancaman dan tawaran dari pendudukan Israel untuk berhenti mengungkap kejahatan mereka.
Motaz didesak untuk meninggalkan Gaza dan menyerah, sebagai imbalannya Motaz akan mendapatkan keselamatan atas nyawanya.
Setelah banyaknya kecaman, Motaz akhirnya memutuskan untuk dievakuasi ke kampung halamannya. Hal ini juga disambut haru oleh rekan seperjuangannya dan warganet di media sosial.
“Motaz tercinta kami telah memposting video TERAKHIR-nya di Gaza. Dia mengumumkan evakuasinya pada hari ke-107 genosida. Terima kasih atas semua yang telah Anda lakukan,” tulis akun @Hamzah_1948.
“Anda adalah orang yang baik hati, bersemangat, dan murah hati. Seorang pemimpi sejati. Kata-kata tidak dapat menggambarkan kerendahan hati dan kebaikan yang ditunjukkan keluarga Anda saat menerima kami selama pengungsian. Rumah terasa kosong tanpa kalian semua.” tulis rekan jurnalis Hind Khoudary di Instagram pribadinya.
Hingga saat ini, para jurnalis kekurangan peralatan keselamatan penting seperti jaket pers dan hanya mengandalkan peralatan pinjaman.
Selain itu, para jurnalis juga tidak dilindungi oleh organisasi atau asosiasi yang menawarkan dukungan kepada jurnalis. Sehingga, para jurnalis masih menjadi target.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda
