Tuturpedia.com – Presiden Jokowi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di King Abdulaziz International Convention Center, Riyadh, Arab Saudi pada (11/10/2023).
Di sana, Jokowi mendukung adanya penyelenggaraan KTT OKI, karena dinilai tepat untuk menghasilkan berbagai hal konkret agar kekejaman Israel di Gaza segera berhenti.
“Satu bulan telah terjadi kekejaman ini dan dunia seolah-olah tidak berdaya. Lebih dari 7,9 miliar penduduk dunia, dan lebih dari 190 pimpinan negara, tapi sampai saat ini tak satu pun yang mampu menghentikan kekejaman ini,” ungkap Jokowi, dikutip Tuturpedia.com dari YouTube Sekretariat Presiden (12/11/2023).
Jokowi menyampaikan empat saran konkret supaya OKI bersatu dalam menyelesaikan masalah Israel dan Palestina. Salah satunya adalah gencatan senjata yang telah merenggut banyak nyawa rakyat sipil.
“Yang pertama gencatan senjata, harus dapat segera dilakukan, tanpa gencatan senjata situasi tak akan membaik dan Israel telah menggunakan narasi self defense dan terus melakukan pembunuhan rakyat sipil. Ini tak lain sebuah collective punishment dan kita semua harus mencari jalan agar Israel segera melakukan gencatan senjata,” ujar Jokowi.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia telah mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Namun, menurut kabar yang beredar, bantuan tersebut tertahan di Mesir. Sehingga, Jokowi meminta bantuan kemanusiaan ini diperluas jangkauannya dan disertai gerak cepat.
“Yang kedua bantuan kemanusiaan, harus dipercepat dan diperluas jangkauannya. OKI harus mengusulkan mekanisme bantuan yang lebih predictable dan sustainable, Indonesia juga mengirim bantuan kemanusiaan dan ke depan akan menambahkan lagi,” tuturnya.
Ada begitu banyak rumah dan gedung di Palestina yang hancur terkena serangan Israel, termasuk Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.
Jokowi atas nama Indonesia meminta seluruh pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional.
“Yang ketiga OKI harus menggunakan semua lini untuk menuntut pertanggungjawaban Israel terhadap kekejaman kemanusiaan yang telah dilakukan. Misalnya, mendesak diberikannya akses pada Independent International Commission of Inquiry of the Occupied Palestinian Territory yang dibentuk Dewan HAM PBB untuk melaksanakan mandatnya. Dan terus mendukung proses advisory opinion di Mahkamah Internasional,” imbuhnya.
Tidak ingin Palestina dikorbankan, Indonesia mengajak OKI untuk kembali memulai perundingan demi mendapatkan solusi dua negara, tidak hanya solusi satu negara.
“Yang keempat, OKI harus mendesak agar perundingan damai dimulai kembali segera demi terwujudnya two state solution (solusi dua negara) dan menolak pemikiran one state solution (solusi satu negara). Karena pasti Palestina yang dikorbankan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan jika mekanisme quartet tidak lagi bisa diandalkan, OKI harus membuat negosiasi damai dalam format baru.
“Dan jika memang mekanisme quartet sudah tidak dapat diandalkan, maka OKI harus mendorong proses negosiasi damai dengan format baru, dan Indonesia siap berkontribusi dalam negosiasi damai tersebut. Sebagai penutup, sekali lagi OKI harus bersatu harus berada di garis depan menggunakan semua cara damai, semua pengaruh, semua upaya diplomasi untuk membela keadilan dan kemanusiaan bagi Palestina,” tegasnya.
Resolusi KTT OKI
Di dalam KTT OKI, sudah menghasilkan resolusi yang berisi 31 keputusan dengan pesan-pesan yang sangat kuat dan keras.
Dilansir Tuturpedia.com dari laman Kemlu (12/12/2023), ini merupakan pesan resolusi yang paling keras oleh OKI sejauh ini.
Karena situasi di Gaza kini sangat memprihatinkan. Berikut beberapa isi keputusannya:
- Mengecam agresi Israel di Gaza.
- Mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk bertindak menghasilkan resolusi sehingga kekejaman dapat segera diakhiri, bantuan dapat masuk, dan pentingnya mematuhi hukum internasional.
- Mendesak DK PBB untuk mengeluarkan resolusi kecaman perusakan rumah sakit di Gaza oleh Israel.
- Beberapa forum akan digunakan untuk menuntut pertanggungjawaban Israel antara lain melalui International Criminal Court (ICC), Mahkamah Internasional (ICJ), dan Dewan HAM.
- Memberikan mandat kepada Sekretariat OKI dan Liga Arab untuk membuat joint media monitoring unit yang akan mendokumentasikan semua kejahatan yang dilakukan oleh Israel. Dalam hal ini, para pemimpin memberikan mandat kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Saudi, Yordania, Mesir, Qatar, Turki, Indonesia,dan Nigeria untuk memulai tindakan mengatasnamakan OKI dan Liga Arab untuk menghentikan perang di Gaza dan memulai proses politik demi mencapai perdamaian. Catatan tambahan, Indonesia terus aktif dan berkontribusi untuk mencoba menyelesaikan masalah Palestina terutama di Gaza, sehingga pernyataan di atas adalah pengakuan dari OKI.
- Resolusi mengecam standar ganda dalam menerapkan hukum internasional.
- Resolusi mengecam pemindahan1,5 juta warga Palestina dari Utara ke Selatan Gaza yang menurut Konvensi Jenewa ke-4 merupakan kejahatan perang.
- Resolusi mendorong dimulainya proses perdamaian yang sungguh-sungguh dan murni untuk mencapai perdamaian berdasarkan two state solution.
- Resolusi menolak usulan untuk memisahkan Gaza dari West Bank, termasuk Yerusalem Timur, dan menegaskan bahwa Gaza dan West Bank adalah satu kesatuan.
- Resolusi mengaktifkan Islamic Financial Safety Net untuk memberikan dukungan finansial, ekonomi, dan kemanusiaan kepada pemerintah Palestina dan UNRWA atau Agensi Pekerjaan dan Pemulihan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat.
Pada hari Senin besok (13/11/2023), Presiden Jokowi akan berkunjung ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Presiden Joe Biden dalam kunjungan bilateral.
“Setelah dari Riyadh, saya juga sudah terjadwal hari Senin bertemu dengan Presiden Joe Biden untuk melakukan kunjungan bilateral ke Amerika Serikat. Dengan izin para pemimpin, saya akan menyampaikan hasil keputusan OKI hari ini kepada Presiden Biden,” pungkasnya.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda