Tuturpedia.com – Perusahaan Tenaga Listrik Tokyo (TEPCO) Jepang mulai membuang air olahan ALPS (Advanced Liquid Processing System) atau Sistem Pemrosesan Cairan Tingkat Lanjut dari PLTN Fukushima Daiichi sejak Kamis (24/8/2023) lalu.
ALPS tersebut ialah sistem yang menghilangkan banyak radionuklida dari air. Air olahan ALPS yang disimpan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi ini kemudian dibuang ke laut.
Hal ini mengingat PLTN Fukushima Daiichi yang mengalami kehancuran pada 11 Maret 2011, setelah gempa bumi 9,0 Skala Richter dan tsunami di wilayah Tohoku.
Sejak bulan April 2021, Jepang telah meminta International Atomic Energy Agency (IAEA) untuk melakukan peninjauan terkait keselamatan pembuangan air yang disimpan di PLTN Fukushima Daiichi (FDNPS).
Dikutip dari laman iaea.org pada Senin (28/8/2023), rencana Jepang tersebut sudah sesuai dengan Standar Keselamatan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
“Para ahli IAEA hadir di lapangan untuk menjadi mata komunitas internasional dan memastikan bahwa pembuangan limbah dilakukan sesuai rencana dan konsisten dengan standar keselamatan IAEA,” ujar Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi.
Sebelum membuang air limbah, Jepang telah menyaring sebagian besar elemen radioaktif dan mengencerkan air untuk menurunkan kadar tritium di bawah standar peraturan.
Kekhawatiran Negara Lain
Sementara itu, mengutip dari reuters.com, Cina menentang rencana tersebut karena belum terbukti bahwa air yang dibuang oleh Jepang akan aman.
“Pihak Jepang seharusnya tidak menyebabkan kerugian sekunder bagi masyarakat setempat dan bahkan masyarakat dunia karena kepentingannya sendiri,” ucap Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Di sisi lain, Hong Kong dan Makau telah melarang impor makanan laut Jepang dari 10 wilayah mulai Kamis lalu.
Perdana Menteri Korea Selatan, Han Duck-soo turut memberi larangan impor terhadap produk perikanan dan makanan dari Fukushima sampai kekhawatiran publik mereda.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi mengatakan, dampak dari pelepasan air yang diolah tersebut dapat diabaikan oleh manusia dan lingkungan.
“IAEA akan terus memberikan transparansi kepada masyarakat internasional sehingga memungkinkan semua pemangku kepentingan untuk mengandalkan fakta dan ilmu pengetahuan yang terverifikasi untuk menginformasikan pemahaman mereka mengenai hal ini selama proses berlangsung,” kata Rafael Mariano.
Proses putaran pertama pembuangan air limbah akan menghabiskan waktu kurang lebih 17 hari.
Demi memastikan standar keselamatan internasional, IAEA akan terus berada di lokasi dan menyediakan data langsung di situs web resmi IAEA yang meliputi laju aliran air, data pemantauan radiasi dan konsentrasi tritium setelah pengenceran dari PLTN Fukushima Daiichi.
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda